JAKARTA - Kementerian Transportasi Korea Selatan mengatakan pada Hari Rabu, pemerintah akan memeriksa fasilitas navigasi yang membantu pendaratan pesawat di semua bandara domestik, menyusul semakin banyaknya bukti struktur beton yang menopang localizer — alat bantu navigasi — mungkin telah memperburuk dampak dalam tragedi jatuhnya pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan.
Penyelidikan akan difokuskan pada apakah bahan yang digunakan untuk struktur dan jaraknya dari landasan pacu mematuhi standar domestik dan internasional.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi mengatakan sedang menyelidiki bahan yang digunakan dalam fasilitas bantuan navigasi di semua bandara di seluruh negeri.
Localizer, alat bantu navigasi utama, membantu pesawat sejajar dengan landasan pacu selama pendaratan.
Penggunaan beton untuk struktur semacam itu sudah ada sejak 20 tahun lalu, saat Bandara Internasional Muan dirancang, kata kementerian.
Selama pengarahan pada hari Senin dan Selasa, pejabat kementerian awalnya membela fasilitas navigasi di bandara Muan, dengan menegaskan bahwa fasilitas itu memenuhi standar peraturan.
Mereka juga mengklaim, struktur beton serupa ada di bandara internasional, termasuk Bandara Internasional Los Angeles (LAX), Amerika Serikat dan Bandara Tenerife di Spanyol.
Namun, kontroversi berkembang setelah terungkap peraturan kementerian tentang standar pemasangan bandara dan lapangan terbang mengharuskan perluasan zona keselamatan hingga ke titik tempat fasilitas keselamatan navigasi dipasang.
Keraguan lebih lanjut muncul dalam industri penerbangan, dengan citra satelit yang menunjukkan bandara seperti LAX mungkin tidak memiliki struktur beton serupa.
Pejabat kementerian kemudian mengatakan, mereka berencana untuk melakukan tinjauan menyeluruh terhadap peraturan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan otoritas penerbangan utama lainnya, termasuk kasus bandara di luar negeri.
"Kami akan segera memberikan penjelasan terperinci, berdasarkan tinjauan menyeluruh dan konsultasi ahli," kata seorang pejabat, dikutip dari The Korea Times 2 Januari.
"Meskipun catatan kami menunjukkan adanya struktur seperti itu, kami akan memverifikasi dan menanggapi klaim bahwa tidak ada gundukan beton seperti itu di bandara lain," lanjutnya.
Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 dan registrasi HL8088 dari Bandara Internasional Suvarnabhumi, Thailand mengalami kecelakaan maut saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada 29 Desember.
Pesawat yang mengangkut 175 penumpang dan enam awak dalam penerbangan itu berubah menjadi bola api setelah melakukan pendaratan darurat dan menghantam dinding. Hanya dua awak pesawat yang selamat, dari peristiwa itu.
Struktur beton di dekat landasan pacu di Bandara Internasional Muan menampung sistem navigasi yang membantu pendaratan pesawat, yang dikenal sebagai localizer, dan terletak sekitar 250 meter dari ujung landasan pacu.
Banyak pakar berpendapat jumlah korban bisa jadi jauh lebih rendah, jika struktur beton tersebut tidak ada.
Sementara itu, semua 179 korban kecelakaan pesawat tragis itu kini telah teridentifikasi, termasuk lima korban terakhir yang identitasnya belum dikonfirmasi hingga Selasa, menurut Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat.
Penjabat Presiden Choi Sang-mok mengonfirmasi, proses identifikasi telah selesai dalam semalam, dan jenazah telah dikembalikan kepada keluarga korban. Pengaturan pemakaman sedang berlangsung dan jenazah kini disemayamkan di aula pemakaman.
BACA JUGA:
Choi memerintahkan kementerian terkait untuk memberikan dukungan penuh kepada keluarga yang ditinggalkan. Ia juga menekankan pentingnya investigasi yang objektif dan menyeluruh terhadap penyebab kecelakaan, dengan menyerukan transparansi dalam proses dan temuannya.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan mengatakan akan mengirim perekam data penerbangan dari pesawat Jeju Air yang jatuh ke AS untuk dianalisis. Tanggal pemindahan akan ditentukan setelah berkonsultasi dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB), katanya.
Perekam dilaporkan mengalami kerusakan eksternal dan kehilangan konektor yang menghubungkan unit penyimpanan datanya ke sumber listrik.