Paus Fransiskus Serukan Rusia dan Ukraina Redakan Ketegangan di Perbatasan
Tank Ukraina di wilayah perbatasan. (Wikimedia Commons/OSCE Special Monitoring Mission to Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus menyuarakan keprihatinan terkait kondisi yang terjadi di perbatasasan Ukrainan dengan Rusia. 

Mobilisasi kekuatan militer Rusia ke wilayah perbatasan Ukraina, membuat Paus Fransiskus prihatin dan menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri, sekaligus meredakan ketegangan antara kedua negara. 

Melansir Vatican News, seruan ini disampaikan Paus Fransiskus usai membacakan doa Regina Coeli dan menyapa publik di Lapangan Santo Petrus, Vatikan pada Hari Minggu 18 April.

Dalam sambutannya kepada publik yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada Hari Minggu, Paus Agung mengatakan dia mengamati penumpukan militer di Rusia barat dengan 'ketakutan besar'.

"Tolong, saya sangat berharap peningkatan ketegangan dapat dihindari, dan sebaliknya, gerakan yang dibuat mampu meningkatkan kepercayaan timbal balik dan mendukung rekonsiliasi dan perdamaian yang sangat perlu dan diinginkan," seru Paus melansir Euronews, Senin 19 April.

"Perhatikan baik-baik situasi kemanusiaan yang berat yang dihadapi penduduk, kepada siapa saya mengungkapkan kedekatan saya dan untuk siapa saya mengundang doa," sambung Paus Fransiskus. 

Dalam beberapa pekan terakhir Rusia telah mengerahkan 41.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina timur dan 42.000 tentara lainnya di Krimea.

Mobilisasi militer telah digambarkan oleh Amerika Serikat dan NATO sebagai yang terbesar di wilayah tersebut, sejak aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea pada tahun 2014.

Sementara itu, Rusia mengatakan pembangunan itu adalah bagian dari 'latihan kesiapan' yang diselenggarakan sebagai tanggapan atas apa yang diklaim, sebagai ancaman berkelanjutan dari NATO dan 'provokasi' dari Ukraina.

Amerika Serikat dan Rusia sempat terlibat ketegangan terkait kondisi ini, dengan pihak Washington berencana mengirimkan dua kapal perangnya ke Laut Hitam. Langkah yang dikritisi Rusia.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dikutip oleh kantor berita Rusia, memeringatkan kapal perang Amerika Serikat di Laut Hitam untuk menjaga jarak, dengan mengatakan risiko insiden yang tidak ditentukan sangat tinggi.

"Sama sekali tidak ada yang bisa dilakukan kapal Amerika di dekat pantai kami, ini murni tindakan provokatif. Provokatif dalam arti kata langsung, mereka menguji kekuatan kita, mempermainkan saraf kita. Mereka tidak akan berhasil," tegasnya melansir Reuters, Selasa 13 April.

"Kami memperingatkan Amerika Serikat bahwa akan lebih baik bagi mereka untuk menjauh dari Krimea dan pantai Laut Hitam kami. Itu untuk kebaikan mereka sendiri," lanjutnya.

Sementara itu, Militer Ukraina mengumumkan pihaknya mengerahkan tank dan artileri ke dekat perbatasan Krimea yang dicaplok Rusia, Rabu 14 April.

Pengerahan tank dan artileri ini dilakukan sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas peningkatan pasukan Rusia di dekat timur Ukraina dan di Krimea.

Militer Ukraina mengatakan, pengerahan tank dan artileri tersebut merupakan bagian dari latihan, untuk memukul mundur pasukan tank dan infanteri yang mencoba menerobos pertahanannya.

Meskipun demikian, Kepresidenan Rusia mengatakan telah secara positif' menerima undangan dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk pertemuan bilateral.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui telah berbicara di telepon pekan lalu. Menurut Gedung Putih, Presiden Biden telah menekankan komitmen teguh Amerika Serikat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.