Bagikan:

JAKARTA - Australia mulai merasakan dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Negara Kangguru itu menghadapi resesi pertamanya dalam hampir tiga dekade. Biro Statistik Australia (ABS) mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya berkontraksi sebesar tujuh persen pada kuartal kedua dibandingkan dengan periode sebelumnya. 

Penurunan itu merupakan yang terbesar sejak 1959. Melansir CNN, Rabu 2 September, pemerintah Australia menjelaskan resesi itu disebabkan oleh langkah-langkah penutupan yang diambil Australia untuk mengatasi pandemi COVID-19. 

Pada kuartal terakhir, penutupan hotel, restoran, dan layanan lainnya karena COVID-19 jelas membuat ekonomi semakin terpukul. Konsumsi rumah tangga turun lebih dari 12 persen, sementara pengeluaran untuk layanan turun hampir 18 persen.

"Kami telah melakukan segala kemungkinan untuk meredam pukulan bagi komunitas Australia dari COVID-19," kata Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg. "Prioritas kami telah dan akan terus menyelamatkan nyawa dan memastikan bahwa sistem perawatan kesehatan Australia memiliki kapasitas untuk menguji dan melacak serta menangani COVID-19," tambahnya.

Ditambah lagi, sebelumnya Australia juga memang telah menghadapi masalah kebakaran hutan terburuk yang berdampak pada perekonomiannya. Bencana itu setidaknya menghambat belanja konsumen dan pariwisata, menurut Dewan Ekspor Pariwisata Australia.

Masih buram

Reserve Bank of Australia mengatakan laju pemulihan setelah kuartal terakhir tidak pasti, tergantung pada berapa lama wabah COVID-19 berlanjut. Negara bagian Victoria --terpadat kedua di Australia dan rumah bagi kota Melbourne-- sekarang mengalami pembatasan kegiatan paling keras yang dirasakan oleh warga Australia melalui pandemi. Pembatasan dilakukan setelah gelombang kedua COVID-19 datang dengan brutal.

"Ini adalah sesuatu yang akan sangat membebani angka kuartal September," kata Menkeu Australia Frydenberg.

Resesi akan terus menekan Reserve Bank of Australia untuk mempertimbangkan langkah-langkah tambahan demi menjaga ekonomi tetap bertahan, menurut Marcel Thieliant, ekonom senior Australia dan Selandia Baru untuk Capital Economics. Bank sentral telah menurunkan suku bunga tunai ke level terendah sepanjang masa untuk membantu bisnis dan rumah tangga mengatasi penurunan.

Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan banyak kekuatan dunia. Semua negara ekonomi maju teratas seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, dan Amerika Serikat telah mengalami penyusutan ekonomi secara dramatis pada paruh pertama 2020.