JAKARTA - Pemerintah Australia mengingatkan bahwa perekonomian mereka akan menghadai resesi, karena hampir dipastikan terjadi kontraksi pada periode kuartal II 2020. Sebelumnya, Negeri Kanguru tersebut mengalami kontraksi 0,3 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Penyebabnya tak lain adalah pandemi COVID-19 yang menyebabkan negara tersebut mengalami defisit anggaran terbesar sejak Perang Dunia II. Sejak status pandemi diumumkan, pemerintah Australia telah membelanjakan puluhan miliar dolar untuk mengatasi dampak yang timbul akibat virus tersebut.
Namun pengeluaran besar-besaran ini tidak sejalan dengan pemasukan yang biasa didapat dari sektor industri serta aktivitas ekspor-impor. Pandemi ini semakin memperburuk kondisi Australia setelah pada awal tahun lalu mesti berjuang menghadapi bencana kebakaran hutan besar-besaran.
Sementara itu, pemerintah Australian memprediksi ekonominya akan mengalami kontraksi hingga 7 persen pada periode kuartal II 2020. Karena itu, Australia harus menghadapi resesi untuk yang pertama kalinya dalam hampir tiga dekade terakhir.
Pejabat keuangan Josh Frydenberg juga mengatakan bahwa defisit anggaran bisa saja melonjak menjadi 185 miliar dolar Australia hingga 30 Juni, atau hampir sepersepuluh dari total PDB Negeri Kanguru. Pada 12 bulan sebelumnya, defisit anggaran Australia juga tercatat 86 miliar dolar AS.
"Angka-angka kasar ini menunjukkan kenyataan pahit yang harus Australia alami," ungkap Frydenberg, dikutip dari Channel News Asia, Jumat 24 Juli.
BACA JUGA:
Perkiraan defisit berasal dari pengeluaran stimulus besar-besaran yang sengaja digelontorkan untuk menjaga perekonomian tetap bertahan dan mencegah meluasnya perlambatan ekonomi. Pemerintah Australia sudah menggelontorkan sekitar 289 miliar dolar Australia untuk melindungi negara dan warganya.
Akibat pandemi COVID-19, angka pengangguran di Australia juga melonjak cukup tajam, yakni 7,4 persen, atau tertinggi dalam dua dekade terakhir. Angka ini diperkirakan akan naik sampai 9,3 persen pada Desember 2020 mendatang.
Meski demikian, pemerintah Australia tetap percaya diri dan memperkirakan ekonominya bisa tumbuh kembali pada kuartal III 2020. Mereka beralasan, pembatasan sosial sudah mulai longgar dan masyarakat sudah mulai kembali bekerja.
Frydenberg memperkirakan GDP Australia mampu tumbuh sampai 2,5 persen di tahun 2021 dengan asumsi bahwa pembatasan sosial skala internasional akan dicabut pada bulan Januari.