Resesi Korea Selatan Untungkan Posisi Indonesia, INDEF: Investasi Bakal Banyak Masuk
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menilai, resesi ekonomi yang menghantam Korea Selatan akan menguntungkan posisi Indonesia. Sebab, akan ada peralihan invetasi perusahaan-perusahaan asing dari Negeri Gingseng ke Tanah Air.

Saat ini, kata Aviliani, tren perpindahan lokasi investasi dari Korea Selatan ke Indonesia sudah terlihat, seperti pada sektor perbankan. Ini menunjukkan, potensi Indonesia masih bagus. 

"Korea Selatan sendiri dampaknya ke Indonesia enggak besar, malah kita diuntungkan. Dengan resesi malah kita akan diuntungkan karena banyak investasi yang masuk," katanya, dalam acara webinar Indef bertajuk 'Tantangan Menata Arsitektur Sektor Keuangan di Tengah Pandemi Global', Kamis, 23 Juli.

Aviliani menjelaskan, keuntungan ini tidak hanya akan dirasakan ketika Korea Selatan resesi. Negara-negara lain yang berpotensi maupun sudah mengalami resesi bisa menjadi sumber keuntungan bagi Indonesia.

Lebih lanjut, Aviliani mengatakan, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Indonesia memiliki potensi pemulihan ekonomi yang lebih baik pascapandemi COVID-19.

Menurut Aviliani, kalau pun Indonesia mengalami kontraksi selama enam bulan berturut-turut dan masuk ke jurang resesi, dunia akan menilai resesi yang menimpa Indonesia akibat dari kurangnya belanja anggaran pemerintah. 

Tak hanya itu, menurut Aviliani, jika Indonesia berhasil mengelak dari urutan resesi, rupiah berpotensi menjadi salah satu mata uang terkuat beriringan dengan masuknya investasi asing.

"Berharap pada kuartal III tidak negatif, kalau positif akan jauh lebih baik lagi dana-dana dari Korea Selatan dan negara resesi lainnya akan masuk, rupiah juga harus siap-siap terus menguat dengan investasi," ucapnya.

Korsel Terkontraksi

Sekadar informasi, Korea Selatan resmi memasuki jurang resesi pada kuartal II tahun 2020. Ini merupakan kali pertama sejak 17 tahun terakhir resesi menghantam negeri ginseng tersebut.

Penyebab resesi tak lain karena dampak pandemi COVID-19, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan paling dalam dari sisi ekspor selama dua dekade.

Anjloknya ekspor Korea Selatan karena kebijakan pemerintah setempat yang menerapkan pembatasan sosial demi mencegah penyebaran COVID-19. Keputusan pemerintah Korea Selatan itu mengakibatkan lumpuhnya kinerja pabrik.

Bank of Korea mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel terjun 3,3 persen pada kuartal II atau periode April-Juni dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,3 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal tersebut bahkan menjadi yang terburuk setelah resesi yang terjadi pada 1998 silam.