JAKARTA - Pandemi COVID-19 membuat negara-negara di dunia harus menelan pil pahit karena sangat berdampak pada kinerja di sektor ekonomi. Tak terkecuali Jepang, negeri Matahari Terbit itu harus kembali mengalami penurunan ekspor dua digit dalam empat bulan berturut-turut.
Dilansir dari Reuters, Senin 20 Juli, Kementerian Keuangan Jepang (MOF) melaporkan, karena dampak virus corona yang melanda dunia, ekspor Jepang bulan Juni 2020 anjlok 26,2 persen dibanding tahun sebelumnya (year on year/yoy). Penurunan ekspor di bulan Juni tersebut lebih besar dari pada proyeksi analis dalam jajak pendapat yang digagas Reuters, yakni sebesar 24,9 persen.
Penurunan ekspor di Juni itu mengikuti pelemahan di bulan sebelumnya yang mencapai 28,3 persen (yoy), dan menjadi pelemahan terburuk sejak September 2009. Salah satu penyebab kemerosotan ekspor Jepang adalah penurunan tahunan dalam ekspor mobil ke Amerika Serikat (AS) yang merupakan ekspor utama dari Negeri Sakura.
Pengiriman Jepang ke negeri Paman Sam merosot hampir setengahnya karena jatuhnya permintaan mobil dan suku cadang. Permintaan global untuk mobil dan barang tahan lama lainnya telah merosot sejak Maret karena pandemi COVID-19 mendorong banyak negara untuk melakukan lockdown dan memaksa bisnis tutup serta orang-orang tetap di rumah.
BACA JUGA:
"Ekspor kemungkinan akan mengalami penurunan untuk saat ini. Jika permintaan domestik dan eksternal tetap lamban untuk jangka waktu yang lama, itu memicu lonjakan kebangkrutan dan kehilangan pekerjaan pada paruh kedua tahun fiskal ini," ujar kata Takeshi Minami, Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute.
Berdasarkan data MOF, terlihat pengiriman ke AS anjlok tajam 46,6 persen di bulan Juni. Ini terjadi setelah pengiriman kendaraan turun signifikan 63,3 persen, ekspor mesin pesawat anjlok 56 persen, dan pengiriman spare part mobil turun 58,3 persen.
Padahal, sejak tahun 2018, AS menjadi pasar ekspor terbesar Jepang, berkat ekspor kendaraan bermotor, suku cadangan mobil dan mesin pembuat chip.
Selain AS, ekspor ke China, yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang turun tipis 0,2 persen yoy. Koreksi tipis terjadi karena penurunan pada pengiriman mesin pembuat chip dan bahan kimia berhasil diimbangi oleh peningkatan pengiriman komoditas logam dan mobil.
Ekspor Jepang ke Negara Lainnya
Sementara itu, ekspor Jepang ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah ekspor Jepang turun 15,3 persen. Adapun ekspor Jepang ke Uni Eropa turun 28,4 persen.
Penurunan kinerja ekspor membuat Jepang semakin sulit bangkit setelah tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun. Ekonomi Jepang diperkirakan akan mengalami kontraksi 5,3 persen pada tahun 2020 ini.
Ini akan menjadi kontraksi terbesar sejak tahun 1994. Berdasarkan hasil jajak pendapat Reuters, di tahun 2021, ekonomi Jepang akan bangkit dan tumbuh 3,3 persen.