Alarm Resesi Singapura Berbunyi, Neraca Dagang Indonesia Bisa Terganggu
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Negeri Singa kini dilanda resesi setelah perekonomiannya minus pada dua kuartal. Ekonomi Singapura tertekan akibat pandemi COVID-19 yang memaksa negara harus melakukan pembatasan sosial sampai lockdown untuk mencegah penyebaran virus.

Lalu apa dampak resesi Singapura bagi neraca perdagangan Indonesia? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, ada tiga dampak negatif resesi Singapura terhadap neraca peradangan nasional.

Pertama, akan terjadi penurunan dari neraca perdagangan antara Indonesia dan Singapura. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) secara kumulatif sejak Januari sampai Juni 2020, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan Singapura mencatatkan defisit 0,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

"Saya kira jelas kalau dengan Singapura, pasti akan mengalami penurunan perdagangan. Kenapa turun? Karena memang permintaan Singapura turun, pertumbuhan ekonomi turun itu juga disebabkan karena barang dan jasa impor terbatas," katanya, saat dihubungi VOI, Kamis, 16 Juli.

Tauhid mengatakan, bagi Indonesia, turunnya perdagangan dengan Singapura tentu saja akan melemahkan neraca perdagangan secara nasional. Ekspor impor bisa bertambah defisit ataupun sebaliknya surplus, tetapi secara total volume neraca perdagangan Indonesia akan turun.

"Kedua, tentu saja karena Singapura merupakan salah satu investor cukup besar di Indonesia, tahun 2019 mencapai kurang lebih 190-an juta dolar AS. Saya kira memang di 2020 akan turun drastis. Karena kan investor-investor Singapura ketika negaranya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi mereka akan coba membangun negaranya dulu ketimbang investasi di luar," jelasnya.

Ketiga, ketika satu negara ekonominya turun berarti pendapatan masyarakatnya juga turun. Tauhid mengatakan, maka dampaknya pada leisure atau kemampuan masyarakat untuk melakukan penggunaan waktu luang semakin berkurang.

"Implikasinya untuk kita karena Singapura merupakan salah satu wisatawan terbesar di Indonesia, khususnya di wilayah Kepulauan Riau, Batam itu pasti akan terjadi penurunan. Jadi tiga hal itu yang menyebabkan ekonomi kita juga akan berdampak," ucapnya.

Namun, Tauhid mengatakan, resesi ekonomi yang dialami Singapura tidak hanya memberikan dampak negatif untuk Indonesia. Menurut dia, ada beberapa dampak positif. Salah satunya, menunjukan agar Indonesia tidak bergantung pada negara lain.

"Dampak positifnya adalah ya ini menjadi cikal bakal bahwa kita tidak boleh bergantung kepada satu negara yang cukup besar," tuturnya.

Lebih lanjut, Tauhid mengatakan, Indonesia harus mengubah road map mitra dagang dan mencari negara lain yang memiliki potensi ekspor besar untuk Indonesia.

"Kita harus memikirkan negara lain sebagai mitra dagang utama. Misalnya ke China, Amerika India maupun Jepang itu harus digenjot terus sebagai sumber mitra dagang, sumber investasi maupun wisatawan," katanya.

Pemerintah, kata Tauhid, bisa menggenjot ekspor ke China, karena kondisi perekonomian China saat ini sudah membaik setelah sebelumnya tertekan akibat COVID-19.

"Kita menangkap fenomena-fenomena perubahan investasi dari negara lain yang akan masuk itu harus cepat ditangkap. Saya kira itu sisi positif yang harus kita tangkap dari merosotnya ekonomi Singapura," jelasnya.