Pandemi COVID-19 Buat Ekonomi Singapura Resesi Setelah PDB-nya Terkontraksi 41,2 Persen
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonomi Singapura terpaksa haru terjerumus dalam jurang resesi. Pasalnya, dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa 14 Juli, Departemen Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi 41,2 persen pada kuartal II 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Dikutip dari Reuters, Rabu 15 Juli, keadaan tersebut diakibatkan oleh dampak circuit breker atau pembatasan sosial terhadap bisnis dan pengeluaran ritel demi mengantisipasi penyebaran virus COVID-19. Angka kontraksi itu bahkan lebih buruk dari ekspektasi para ekonom yang memperkirakan kontraksi 37,4 persen.

Rob Carnell, kepala ekonom, Asia-Pasifik di ING Bank mengatakan, situasi ekonomi yang terjadi di Singapura ini adalah cerminan dari dampak lockdown yang dilakukan oleh suatu negara.

Pada Juni lalu, International Monetary Fund (IMF) telah memberi peringatan bahwa akan ada kontraksi tajam dalam kegiatan ekonomi global ketika krisis kesehatan menutup bisnis, menekan konsumsi, dan melumpuhkan perdagangan internasional.

IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia 2020 akan menyusut sebesar 4,9 persen, dibandingkan dengan kontraksi 3,0 persen yang diprediksi pada bulan April.

Pandemi COVID-19, telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan hampir 573.000 jiwa. Singapura telah melaporkan 46.283 kasus positif COVID-19, dengan 26 kematian pada hari Senin 13 Juli lalu.

"Ada elemen pengaruh dari lemahnya ekonomi global dari jatuhnya ekonomi Singapura. Selain itu, sebelum pandemi, sisi perdagangan adalah yang sangat penting bagi Singapura, dan ketika pandemi, itu telah benar-benar musnah," kata Carnell.

Sektor yang paling terpukul di Singapura adalah jasa dan konstruksi. Sektor konstruksi anjlok 95,6 persen (quarter to quarter/qtq), atau hampir lumpuh ketika kota-kota yang dikarantina harus "berhenti" akibat pandemi COVID-19.

Sementara itu, sektor-sektor yang berorientasi pada perdagangan juga telah terbebani oleh berkurangnya aktivitas global dan meningkatnya ketegangan AS-China.

Meski demikian, ada nada optimis dari Alex Holmes, ekonom Asia di konsultan Capital Economics. Ia mengatakan aktivitas di Singapura telah pulih sejak pelonggaran penguncian sebagai bulan lalu.

"Sementara banyak industri, terutama pariwisata dan perhotelan akan terus menderita, ekonomi harus pulih lebih cepat daripada yang lain di kawasan ini. Alasan utama untuk optimisme adalah ukuran rekor paket stimulus pemerintah, yang setara dengan sekitar 20 persen dari PDB," tuturnya.