Ekonomi Minus 5,32 Persen, Airlangga: Amerika Serikat Saja Terkontraksi Kok
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Twitter @airlangga_hrt)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah tetap optimis laju perekonomian pada dua kuartal selanjutnya akan membaik. Pada kuartal II 2020 ini kinerja ekonomi pada tidak sesuai prediksi di mana pertumbuhan terkontraksi atau minus 5,32 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ekonomi yang negatif ini tidak lepas dari dampak pandemi COVID-19. Menurut dia, seluruh negara dunia juga mengalami kontraksi ekonomi, bahkan lebih dalam ketimbang Indonesia.

"Indonesia masih relatif tidak sedalam negara yang lain. Akan tetapi kita berharap ada efek perbaikan daripada perekonomian global melalui baik itu China maupun negara lain yang recover terlebih dahulu," tuturnya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 5 Agustus.

Airlangga pun menjelaskan, negara lain seperti Amerika Serikat di kuartal II 2020 ini terkontraksi atau minus 9,5 persen. Sedangkan, Prancis minus 19 persen, Singapura minus 12 persen, dan Meksiko minus 18,9 persen.

Kuartal III Jadi Penentu Indonesia Resesi atau Tidak

Airlangga mengatakan, kondisi Indonesia masih lebih baik dari negara lain di kuartal II 2020 ini. Namun, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 menjadi penentu apakah Indonesia bakal masuk jurang resesi atau justru mulai pulih.

"Memang pertaruhannya bagi Indonesia adalah bagaimana kita di kuartal III terjadi recovery atau pembalikan," katanya.

Menurut Airlangga, perbaikan bisa dicapai dengan memperkuat realisasi jaring pengaman sosial (social safety net) baik dalam bentuk barang melalui bantuan sosial (bansos) maupun uang tunai.

Tak hanya itu, dukungan yang dikucurkan untuk dunia usaha, seperti subsidi bunga untuk ultra mikro dan UMKM, pengelolaan persyaratan kredit UMKM, penempatan dana, penjaminan kredit modal kerja, dan insentif pajak juga harus diperkuat.

"Tentu kita juga berharap ada efek perbaikan (dalam ekspor impor) melalui perekonomian global, baik China maupun negara lain yang recover terlebih dahulu," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 negatif disebabkan oleh kontraksi di berbagai komponennya. Salah satunya dari komponen pengeluaran.

Adapun rinciannya yakni, konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB tumbuh minus 5,51 persen. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB juga minus 8,61 persen.

Sementara ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen. Sedangkan, konsumsi pemerintah dengan porsi 8,67p persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.

Pada kuartal II 2020, BPS juga mencatat sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.