Pandemi Masih Berlangsung, Airlangga Optimis Ekonomi 2021 Tumbuh 5,5 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Kemenko Perekonomian)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,5 persen hingga 5,5 persen di tahun 2021. Prediksi ini merupakan bentuk optimisme pemerintah di saat pandemi COVID-19 masih berlangsung.

Tak hanya itu Airlangga juga meyakini di kuartal I 2021 ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 1,6 hingga 2,1 persen.

"Kita tentunya harap masih ada pertumbuhan positif di kuartal I range-nya 1,6 hingga 2,1 persen. Nah, ini memang PR kita untuk mendorong sektor konsumsi rumah tangga bisa tumbuh," ujarnya, tuturnya, dalam video conference di Jakarta, Jumat, 5 Februari.

Di kuartal I tahun ini, kata Airlangga, pemerintah menargetkan konsumsi rumah tangga tumbuh 1,3 hingga 1,8 persen. Selain itu, konsumsi pemerintah juga ditargetkan naik karena berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Di kuartal awal biasanya konsumsi pemerintah rendah yaitu 3 hingga 4 persen. Nah ini kita dorong kalau bisa naik 4 hingga 5 persen," katanya.

Seperti diketahui, ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 terkontraksi 2,07 persen. Sementara, di kuartal IV ekonomi Indonesia minus 2,19 persen. Namun, kata Airlangga, perolehan ini menjadi sinyal positif untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2021.

"Sinyal positif pemulihan ekonomi sudah terlihat di triwulan IV 2020, di mana tentu angka quarter to quarter-nya sudah ada sedikit peningkatan kembali. Tentu ini akan terus diperhatikan dan perbaikan ini tidak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah," ujarnya.

Seperti diketahui, di kuartal II 2020 perekonomian Indonesia terkontraksi sangat dalam yakni 5,32 persen. Kemudian, di kuartal III 2020 ekonomi menunjukkan perbaikan, kontraksi menurun yakni 3,49 persen dan pada kuartal IV 2020 minus 2,19 persen secara tahunan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07 persen sepanjang 2020. Ini akibat pertumbuhan negatif pada tiga kuartal akhir beruntun yang menyebabkan Indonesia masih terpuruk di jurang resesi.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan triwulan keempat memang masih mengalami kontraksi 2,19 persen, tetapi jika dibandingkan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ini menunjukkan perbaikan.

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan, oleh karena itu kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Suhariyanto, Jumat, 5 Februari.