Indonesia Resesi, Jokowi Diminta Melihat Cara China Tangani COVID-19
Pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2020 diprediksi kisaran minus 2 sampai 3 persen. (Foto ilustrasi Kemayoran/Tim Produksi VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia resmi masuk ke jurang resesi di kuartal III 2020, setelah pada kuartal II ekonomi nasional juga terkontraksi alias negatif. Meski begitu, Direktur Riset CORE Piter Abdullah meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak memusingkan masalah resesi dan tetap fokus untuk menangani masalah utama yaitu pandemi COVID-19.

Piter menjelaskan, perekonomian sangat dipengaruhi oleh pandemi. Selama masih berlangsung pandemi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa kembali ke level normal.

"Merujuk pengalaman China, sebaiknya pemerintah fokus menanggulangi pandemi, meningkatkan kedisiplinan masyarakat, melaksanakan protokol kesehatan dan mempercepat pengadaan vaksin. Ketika pandemi mereda, perekonomian akan bangkit," katanya, saat dihubungi VOI, Kamis malam, 6 November.

Lebih lanjut, Piter memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun 2020 masih akan berada di zona negatif di kisaran minus 2 sampai dengan minus 3 persen.

"Pada kuartal IV perekonomian diperkirakan akan lebih baik. Meskipun masih akan berada di teritori negatif. Hal ini disebabkan oleh semakin longgarnya PSBB dan adanya bantuan pemerintah," ucapnya.

Piter juga mengatakan, selama pandemi masih berlangsung konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor dipastikan turun signifikan dibandingkan tahun lalu.

Lebih lanjut, dia mengatakan, selama ini pelonggaran PSBB dan bantuan pemerintah hanya membantu menahan penurunan konsumsi, tetapi masih tidak cukup.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Artinya Indonesia resesi masuk jurang resesi ekonomi, karena dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif. Kontraksi kuartal III lebih dalam dari perkiraan Jokowi.

Namun, secara bulanan ekonomi tumbuh positif 5.05 persen dan secara kumulatif terkontraksi 2,03 persen.