CORE: Pemerintah Jangan Hanya Pikirkan Teknis Resesi Saja, tapi juga Harus Fokus Kendalikan COVID-19
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Melemahnya daya beli masyarakat dan penurunan aktivitas UMKM merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi perekonomian Indonesia. Sebab, perekonomian nasional ditopang oleh daya beli masyarakat. Artinya, jika daya beli melemah, tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, melihat perkembangan pandemi dan situasi ekonomi hingga saat ini, resesi ekonomi memang sangat sukar dihindari. Satu per satu negara masuk ke jurang resesi.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun diprediksi masih akan terkontraksi (berada di zona negatif), tapi Iebih dangkal dibandingkan kuartal II tahun ini," katanya, dalam diskusi virtual, Kamis, 17 September.

Faisal mengingatkan, agar pemerintah tak terlalu fokus pada definisi teknis resesi saja. Menurut dia, dalam kondisi krisis saat ini yang penting adalah bagaimana meredam dampak buruk terhadap perekonomian selama pandemi dan mendorong percepatan pemulihan ke depan.

Lebih lanjut, kata Faisal, pemulihan ekonomi Indonesia tidak akan berjalan cepat jika pemerintah tidak bisa mengendalikan COVID-19. Perkembangan COVID-19 di Tanah Air angkanya terus meningkat, dan ini mengkhawatirkan.

"Jadi sudah meningkat kasusnya jumlah tes kita pun kalau dibandingkan dengan banyak negara lain ini perbandingan dengan Malaysia, Korea Selatan, Vietnam, Filipina kita jauh lebih rendah. Ini artinya meningkatkan risiko kita dari sisi ekonomi. Memang masih banyak PR kita dalam penanggulangan wabah," ucapnya.

Menurut Faisal, negara-negara yang berhasil menanggulangi pandemi COVID-19 di negaranya akan jauh lebih cepat pulih. Bahkan, bisa terhindar dari resesi.

"Jadi yang menanggulangi wabah lebih cepat itu dia bisa lebih cepat pulih dan juga bisa menghindari resesi. Bahkan kalau kita melihat dua negara China dan Vietnam itu mereka tidak mengalami kontraksi sama sekali di kuartal II pun tidak," tuturnya.

Meski begitu, Faisal memperkirakan, tahun 2021 besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi kembali akan positif. Namun, seberapa cepat pemulihan ekonomi akan bergantung pada kecepatan penanggulangan wabah.

"Potensi pemulihan ekonomi kedepan memang ada tapi perbaikannya dilihat dari seberapa cepat pemerintah dalam penanganan wabah," katanya.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan bahwa untuk level global potensi pemulihan ekonomi bisa lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi dunia di 2021 itu dikoreksi lebih baik.

"Dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, tadinya minus 6 persen untuk tahun ini. Sekarang menjadi lebih baik minus 4,9 persen dan di tahun depan rebound sampai 5,4 persen," ucapnya.