Piter Abdullah: Lebih Baik Pertumbuhan Ekonomi Minus Tetapi Pulih Cepat di 2021
Ilustrasi pasar (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia akan flat atau datar pada tahun 2020 yakni diangka 0 persen hingga minus 2 persen. Hal ini disebabkan, dampak pagebluk COVID-19 menyebar secara masif.

Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, prediksi world bank bukan sesuatu yang perlu diambil pusing. Sebab, semua negara yang terdampak COVID-19 mengalami hal serupa. Perekonomian dunia mengalami kontraksi akibat virus ini hingga minus 5 persen.

Piter berujar, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa jatuh lebih dalam di bawah minus 2 persen. Hal ini terjadi jika pagebluk belum berakhir. Apalagi, vaksin belum ditemukan hingga saat ini.

"Kalau pun kita mengalami kontraksi saat ini, disebutkan oleh World Bank kita akan kontraksi 0 persen, angka itu malah lebih baik dari perkiraan saya. Kalau perkiraan kami di Core di kisaran 0 sampai minus 2," jelasnya, dalam diskusi virtual, Rabu, 10 Juni.

Menurut Piter, dibanding negara-negara maju seperti China dan Amerika Serikat, kontraksi 0 persen buat Indonesia itu masih menunjukkan kinerja ekonomi yang baik.

Piter mengatakan, pemerintah saat ini lebih baik fokus untuk mencari solusi terbaik agar ekonomi Indonesia segera pulih pasca pagebluk COVID-19 ini. Ia menilai, akan lebih baik kalaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya diangka minus 2 persen saat ini, namun bisa cepat naik di 2021.

"Yang menjadi fokus kita adalah berapa kita akan tumbuh di 2021, lebih baik kita tumbuh minus 2 persen, tapi kita bisa tumbuh 6-7 persen pada tahun 2021. Ketimbang kita bisa menahannya di level 0 persen, tapi di tahun 2021 kita belum bisa bangkit, kita hanya tumbuh 1-2 persen. Itu menurut saya yang harus dihindari," katanya.

Sebelumnya, Bank Dunia atau World Bank meramal pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan merosot hingga minus 5,2 persen akibat pagebluk COVID-19 yang menyebar secara masif. Dengan demikian, ekonomi global akan mengalami resesi.