Bagikan:

JAKARTA - Pemulihan ekonomi nasional belum terjadi di kuartal I 2021, karena dinilai masih akan mengalami kontraksi. Meskipun beberapa indikator pada sektor ekonomi telah menunjukkan perbaikan menuju pulih. Namun, konsumsi masih sangat jauh terkontraksi.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah membaiknya salah satu yang bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi nasional adalah mobilitas masyarakat. Sebab, membaiknya mobilitas akan mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Seperti diketahui, saat ini mobilitas masyarakat memang masih dibatasi. Mengingat pemerintah telah memberlakukan larangan mudik Lebaran 2021 mulai tanggal 6 hingga 17 Mei.

"Kalau kita lihat sudah ada membaik mobilitas masyarakat dan itu memicu pertumbuhan ekonomi belum pulih tetapi sudah ada beberapa indikator yang menunjukkan perbaikan menuju pulih," katanya dalam diskusi virtual, Jumat, 30 Mei.

Saat ini, menurut Piter, mobilitas masyarakat masih terbatas pada pergerakan jarak pendek seperti ke ritel, tempat hiburan dan ke taman. Sementara, mobilitas masyarakat untuk pergerakan jarak jauh masih di bawah normal.

Lebih lanjut, Piter menilai pergerakan mobilitas jarak jauh perlu menjadi pertimbangan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional ke depan.

"Pergerakan jarak jauh masih di bawah normal ini adalah beberapa faktor yang masih perlu kita pertimbangkan melihat perekonomian kita kedepan karena pergerakan manusia pergerakan orang ini sangat menentukan aktivitas sosial ekonominya," jelasnya.

Kelompok atas masih tahan konsumsi

Piter mengatakan pertumbuhan ekonomi domestik yang dipengaruhi oleh konsumsi belum bisa diyakini sepenuhnya pulih di tahun ini. Sebab, konsumsi masih sangat jauh terkontraksi dimana pada kuartal I 2021 diperkirakan masih negatif.

"Ini sudah membaik tapi masih negatif. Kalau sampai tahun 2020 itu pertumbuhan konsumsi kita masih sangat negatif masih jauh minus 17 persen," jelasnya.

Piter mengatakan meskipun sudah ada optimisme dan tanda perbaikan di sejumlah sektor, konsumsi masyarakat terutama kelompok menengah atas masih belum meningkat hingga saat ini.

"Pertumbuhan ekonomi kita yang sangat dipengaruhi konsumsi belum bisa kita yakini sepenuhnya pulih, konsumsi kita masih negatif sampai kuartal I ini. Itu juga terefleksi di inflasi, inflasi inti kita masih sangat rendah," ucapnya.

Menurut Piter, konsumsi Indonesia digerakkan kelompok menengah atas, bukan konsumsi barang primer tapi lebih kepada sekunder dan tersier. "Sekarang ini yang masih tumbuh konsumsi primer, tetapi barang sekunder dan tersier kelompok menengah atas masih tertahan, sementara kontribusinya mencapai 80 persen," tuturnya.