Bagikan:

JAKARTA - Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencapai konsensus tentatif untuk merundingkan kesepakatan di masa depan tentang pencegahan pandemi, menjembatani kesenjangan antara pihak yang dipimpin oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat, kata para diplomat, Minggu.

Rancangan resolusi, yang disepakati dalam negosiasi selama akhir pekan, akan dipresentasikan untuk diadopsi oleh menteri kesehatan pada sidang khusus tiga hari WHO yang dibuka pada Senin, kata mereka.

Terobosan diplomatik datang di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional atas varian Omicron virus corona, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan bulan ini, yang telah menyebar lebih jauh ke seluruh dunia.

Kesepakatan global untuk memperkuat pencegahan dan tanggapan pandemi, yang diharapkan siap pada Mei 2024, akan mencakup isu-isu seperti berbagi data dan urutan genom virus yang muncul, termasuk vaksin dan obat potensial apa pun yang berasal dari penelitian.

"Keputusan ini, untuk membentuk badan negosiasi tentang kesepakatan pandemi di masa depan, mungkin hanya akhir dari awal, tetapi fleksibilitas yang ditunjukkan dan luasnya dukungan adalah pertanda baik untuk upaya vital yang akan datang," terang Simon Manley, duta besar Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, mengatakan dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 29 November.

Inggris, bersama dengan Uni Eropa dan sekitar 70 negara lainnya, telah mendorong perjanjian yang mengikat secara hukum. Sementara, Amerika Serikat yang didukung oleh negara-negara termasuk Brasil dan India enggan berkomitmen pada perjanjian yang mengikat, kata para diplomat pekan lalu.

"Ada kesepakatan tentang teks yang bagi kami sangat memuaskan. Ini juga memberi Amerika jalan keluar, yang jelas-jelas bergabung," jelas seorang diplomat Eropa.

Diplomat lain berkata: "Ini adalah hasil yang baik. Ada niat baik yang sangat besar untuk mendapatkan bahasa yang sama.".Draf resolusi tersebut diunggah di situs WHO.

Untuk diketahui, lebih dari 260,77 juta orang telah dilaporkan telah terinfeksi oleh virus corona dan 5,45 juta telah meninggal sejak SARS-CoV-2 muncul di China pada Desember 2019.

Sementara, WHO mengatakan China masih belum membagikan beberapa data awalnya yang mungkin bisa membantu mengidentifikasi asal virus.