Varian Baru COVID-19 Asal Afrika Selatan Dinamai Omicron, WHO Minta Tidak Terburu-buru Terapkan Pembatasan
Ilustrasi WHO. (Wikimedia Commons/United States Mission Geneva)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Hari Jumat mengklasifikasikan varian B.1.1.529 yang terdeteksi di Afrika Selatan sebagai "varian yang menjadi perhatian" SARS-CoV-2, dengan mengatakan itu mungkin menyebar lebih cepat daripada bentuk lain.

Bukti awal menunjukkan ada peningkatan risiko infeksi ulang dan ada "perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19," sebut WHO dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan tertutup para ahli independen yang meninjau data.

Infeksi di Afrika Selatan telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, bertepatan dengan deteksi varian yang sekarang ditetapkan sebagai Omicron, terang WHO.

"Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. Bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan yang lain (varian yang menjadi perhatian)," jelas WHO mengutip The Jerusalem Post 27 November.

Omicron adalah varian kelima yang mengusung sebutan seperti itu.

"Varian ini telah terdeteksi pada tingkat yang lebih cepat daripada lonjakan infeksi sebelumnya, menunjukkan bahwa varian ini mungkin memiliki keunggulan pertumbuhan," ungkap WHO.

Tes PCR saat ini terus berhasil mendeteksi varian tersebut, katanya.

Sebelumnya, WHO memperingatkan negara-negara agar tidak terburu-buru memberlakukan pembatasan perjalanan terkait dengan varian COVID-19, dengan mengatakan mereka harus mengambil "pendekatan berbasis risiko dan ilmiah."

Otoritas global bereaksi dengan waspada terhadap varian baru yang terdeteksi di Afrika Selatan, dengan Uni Eropa dan Inggris di antara mereka yang memperketat kontrol perbatasan ketika para ilmuwan berusaha mencari tahu apakah mutasi itu resisten terhadap vaksin.

"Pada titik ini, penerapan langkah-langkah perjalanan sedang diperingatkan," ujar juru bicara WHO Christian Lindmeier dalam briefing PBB di Jenewa.

"WHO merekomendasikan agar negara-negara terus menerapkan pendekatan berbasis risiko dan ilmiah ketika menerapkan langkah-langkah perjalanan," sambungnya.

Perlu beberapa minggu untuk menentukan penularan varian dan efektivitas vaksin dan terapi terhadapnya, katanya, mencatat bahwa 100 urutan varian telah dilaporkan sejauh ini.

Orang-orang harus terus memakai masker bila memungkinkan, menghindari pertemuan besar, ventilasi ruangan dan menjaga kebersihan tangan, tambah Lindmeier.

Sementara itu, Mike Ryan, direktur darurat WHO, memuji lembaga kesehatan masyarakat Afrika Selatan karena menangkap sinyal varian baru.

Tetapi dia memperingatkan, sementara beberapa negara memiliki sistem untuk melakukan ini, situasi di tempat lain seringkali tidak jelas.

"Jadi sangat penting tidak ada respon spontan di sini. Apalagi terkait dengan Afrika Selatan. Karena kita telah melihat di masa lalu, begitu ada penyebutan jenis variasi apa pun, maka semua orang menutup perbatasan dan membatasi perjalanan," terang Ryan.