Sebut Beijing Tidak akan Mengganggu, Presiden Xi Jinping: China Selalu Jadi Tetangga dan Mitra yang Baik
Presiden China Xi Jinping. (Wikimedia Commons/Palácio do Planalto)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden China Xi Jinping mengatakan Beijing tidak akan mengganggu tetangga-tetangga regionalnya yang lebih kecil, di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.

Ini dikatakannya kepada 10 pemimpin negara dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dalam pertemuan puncak pada Hari Senin.

Klaim teritorial Beijing atas laut berbenturan dengan klaim beberapa negara Asia Tenggara dan telah menimbulkan kekhawatiran dari Washington hingga Tokyo. Tetapi, Presiden Xi mengatakan, China tidak akan pernah mencari hegemoni atau memanfaatkan ukurannya untuk memaksa negara-negara kecil, dan akan bekerja dengan ASEAN untuk menghilangkan "campur tangan".

"China dulu, sedang dan akan selalu menjadi tetangga yang baik, teman baik, dan mitra baik ASEAN," ujar Presiden Xi, mengutip Reuters dari media China 22 November.

Penegasan kedaulatan China atas Laut China Selatan telah membuatnya bertentangan dengan anggota ASEAN Vietnam dan Filipina. Sementara Brunei, Taiwan dan Malaysia juga mengklaim bagian.

Filipina pada Hari Kamis mengutuk tindakan tiga kapal penjaga pantai China yang dikatakan memblokir dan menggunakan meriam air pada kapal pasokan menuju atol yang diduduki Filipina di laut.

Sementara, Amerika Serikat pada Hari Jumat menyebut tindakan China "berbahaya, provokatif, dan tidak dapat dibenarkan," memperingatkan serangan bersenjata terhadap kapal Filipina akan memicu komitmen pertahanan bersama AS.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan kepada pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Presiden Xi, dia "benci" pertengkaran itu dan mengatakan aturan hukum adalah satu-satunya jalan keluar dari perselisihan tersebut. Dia merujuk pada putusan arbitrase internasional 2016 yang menemukan klaim maritim China atas laut tidak memiliki dasar hukum.

"Ini tidak berbicara baik tentang hubungan antara negara-negara kita," ujar Presiden Duterte, yang akan meninggalkan kekuasaannya tahun depan dan telah dikritik di masa lalu karena gagal mengutuk perilaku China di perairan yang disengketakan.

Dalam KTT tersebut, Presiden Xi mengatakn China dan ASEAN telah menyingkirkan kesuraman Perang Dingin, ketika kawasan itu didera oleh persaingan dan konflik negara adidaya seperti Perang Vietnam, dan telah bersama-sama menjaga stabilitas regional.

China diketahui sering mengkritik Amerika Serikat karena 'pemikiran Perang Dingin', ketika Washington melibatkan sekutu regionalnya untuk melawan pengaruh militer dan ekonomi Beijing yang semakin meningkat.

Sementara, Presiden AS Joe Biden bergabung dengan para pemimpin ASEAN untuk pertemuan puncak virtual pada Oktober lalu, menjanjikan keterlibatan yang lebih besar dengan kawasan itu.

Untuk diketahui, KTT itu diadakan tanpa perwakilan dari Myanmar, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan pada Hari Senin. Alasan ketidakhadiran tersebut tidak segera jelas, sementara juru bicara pemerintah militer Myanmar tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

ASEAN mengenyampingkan pemimpin rezim militer Myanmar Min Aung Hlaing, yang telah memimpin tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat sejak merebut kekuasaan pada 1 Februari, dari pertemuan puncak virtual bulan lalu karena kegagalannya membuat terobosan dalam menerapkan rencana perdamaian yang disepakati, dalam pengecualian yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk blok tersebut.

Sementara, Myanmar menolak mengirim perwakilan junior dan menyalahkan ASEAN karena menyimpang dari prinsip non-interferensi dan menyerah pada tekanan Barat. Adapun China melobi Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT, menurut sumber diplomatik.