Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin China Xi Jinping menyatakan dukungan untuk Iran selama kunjungan Presiden Ebrahim Raisi ke China, saat Teheran mencoba memperluas hubungan dengan Beijing dan Moskow untuk mengimbangi sanksi Barat atas pengembangan nuklirnya.

"China mendukung Iran dalam menjaga kedaulatan nasionalnya, menolak unilateralisme dan intimidasi," kata Presiden Xi dalam pernyataan yang disiarkan oleh TV pemerintah China di situs webnya, dilansir dari Al Jazeera 15 Februari.

Komentarnya muncul saat China menjamu Presiden Raisi dalam kunjungan kenegaraan pertamanya ke raksasa ekonomi Asia itu dan yang pertama oleh seorang presiden Iran dalam 20 tahun.

Presiden Xi menyerukan resolusi yang tepat untuk masalah nuklir Iran, saat dia menyatakan "solidaritas" Beijing dengan Iran di tengah ketidakpastian global.

Presiden Raisi didampingi oleh delegasi perdagangan dan keuangan Iran yang besar di Beijing, disambut oleh Presiden Xi dengan karpet merah.

"Dalam menghadapi perubahan kompleks saat ini di dunia, waktu, dan sejarah, China dan Iran telah saling mendukung [dan] bekerja sama dalam solidaritas dan kerja sama," sebut Presiden Xi, menurut CCTV.

Dikatakannya, China akan terus "berpartisipasi secara konstruktif" dalam pembicaraan untuk melanjutkan negosiasi penerapan perjanjian nuklir Iran.

ebrahim raisi dan xi jinping
Presiden Iran Ebrahim Raisi besama Presiden China Xi Jinping. (Twitter/@Chinamission2un/Xinhua/Yan Yan)

Perjanjian Nuklir 2015 membatasi program pengayaan uranium Iran, untuk mempersulit Teheran mengembangkan senjata nuklir sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional. Iran mengatakan sedang mengembangkan energi nuklir lebih lanjut untuk alasan damai.

Tetapi pada tahun 2018, Presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump secara sepihak meninggalkan kesepakatan itu, mengatakan itu tidak cukup untuk mengekang kegiatan nuklir Teheran, dan menerapkan kembali sanksi.

China mengkritik Washington karena menarik diri dari kesepakatan itu, menegaskan AS harus mengambil langkah pertama dalam menghidupkan kembali pakta tersebut.

Namun pada Bulan September, AS memberlakukan sanksi baru terhadap perusahaan yang terlibat dalam ekspor minyak Iran, termasuk lima yang berbasis di China.

Washington mengatakan akan terus memberlakukan sanksi terhadap penjualan minyak dan petrokimia Iran selama Teheran terus mempercepat program nuklirnya.

Lebih lanjut, kedua negara menghadapi tekanan dari negara-negara Barat atas posisi mereka dalam invasi Rusia ke Ukraina, sementara Iran sudah berada di bawah sanksi ketat AS karena program nuklirnya.

Iran sendiri muncul sebagai salah satu dari sedikit sekutu Rusia yang tersisa, karena Moskow telah didorong lebih dalam ke dalam isolasi internasional atas invasi tersebut.

Negara-negara Barat menuduh Teheran memasok drone bersenjata ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina, tuduhan yang dibantah Iran.

Menurut CCTV, kedua belah pihak menandatangani sejumlah dokumen kerja sama bilateral di bidang pertanian, perdagangan, pariwisata, perlindungan lingkungan, kesehatan, penanggulangan bencana, budaya, dan olahraga.

Diketahui, Raisi dan Xi pertama kali bertemu sebagai presiden di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di Uzbekistan pada Bulan September. China telah mendukung upaya Iran yang sekarang berhasil untuk menjadi anggota penuh organisasi tersebut.

Tahun lalu, Iran dan China juga memulai fase implementasi perjanjian kerja sama 25 tahun, di mana China akan menginvestasikan miliaran dolar di sektor perminyakan Iran dengan imbalan pasokan produk minyak dan petrokimia. China sudah menjadi mitra dagang terbesar Iran.

Pakta tersebut awalnya diusulkan oleh Xi pada kunjungannya ke Iran pada tahun 2016.