Dianggap Teroris, Israel Retas Telepon LSM Palestina Pakai Spyware Pegasus
Ilustrasi NSO retas LSM Palestina yang dianggap teroris. (Wikimedia Commons/Chris Roberts)

Bagikan:

JAKARTA - Israel dilaporkan meretas telepon LSM Palestina yang dianggap teroris dengan menggunakan spyware Pegasus. Peretasan paling awal yang terdeteksi dilaporkan terjadi pada Juli 2020, sedangkan intrusi terbaru terjadi pada April 2021.

Ponsel enam anggota organisasi non-pemerintah hak asasi manusia Palestina diretas dengan Pegasus, spyware tingkat militer yang dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO, sebuah kelompok hak asasi manusia Irlandia, Front Line Defenders, mengungkapkan pada Hari Senin.

Dalam laporannya kelompok tersebut mengatakan, LSM yang diretas antra lain Addameer; Al-Haq; Pertahanan untuk Anak – Palestina; Komite Serikat Pekerja Pertanian; Pusat Penelitian dan Pengembangan Bisan dan Komite Persatuan Perempuan Palestina.

Mengutip Sputnik News 9 November, semua kelompok ini ditetapkan sebagai 'organisasi teroris' oleh Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz pada 19 Oktober 2021. The Front Line Defenders menyarankan sebutan seperti itu bisa saja dibuat, untuk digunakan sebagai dalih meretas telepon milik anggota LSM.

Laporan tersebut mengatakan, penyusupan paling awal yang terdeteksi terjadi pada Juli 2020 dan berlanjut hingga April 2021. Secara total, 75 ponsel yang digunakan oleh aktivis pro-Palestina diretas, kelompok itu menyimpulkan. Informasi ini dikonfirmasi oleh Lab Keamanan dan Lab Warga Amnesty International, karena kedua kelompok memiliki pengalaman dalam mengidentifikasi dan mengungkap kasus ketika Pegasus digunakan.

Ini bukan pertama kalinya spyware Pegasus menjadi berita utama. Awal tahun ini, Pemerintah AS mengutip bukti, NSO telah menyediakan perangkat lunaknya kepada "pemerintah asing" yang menggunakannya untuk "menargetkan pejabat pemerintah, jurnalis, pebisnis, artis, aktivis, akademisi, dan pekerja kedutaan."

Penyelidikan media skala besar mengungkapkan pada Bulan Juli lalu, ponsel Presiden Prancis Emmanuel Macron termasuk di antara 50.000 kemungkinan target spyware Pegasus lainnya.

Pihak Perusahaan membantah tuduhan itu, menekankan bahwa mereka selalu melakukan segala upaya untuk mencegah spyware-nya disalahgunakan.