Bagikan:

JAKARTA - Spyware Pegasus dikembangkan oleh perusahaan NSO Group yang berbasis di Israel kembali menggemparkan pengguna iPhone. Kali ini peretasan menargetkan karyawan di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), yang bertugas di Afrika.

Pertama kali dilaporkan Reuters, sebanyak sembilan karyawan menjadi target peretasan kali ini. Kini, Departemen Luar Negeri AS sedang dalam proses untuk mencari tahu siapa yang memiliki akses ke ponsel karyawannya itu, dan bagaimana peretasan ini bisa terjadi.

Ada kemungkinan besar situasi itu adalah akibat dari karyawan AS yang mendapatkan iPhone baru dan masih terdapat perangkat lunak spyware Pegasus yang tersisa di perangkat tersebut, meskipun mereka telah menghapusnya.

Penyelidikan Departemen Luar Negeri AS adalah tanda bahwa pasar yang terus berkembang untuk alat peretasan yang dijual oleh perusahaan swasta semakin menjadi ancaman tidak hanya bagi hak asasi manusia, tetapi juga keamanan nasional AS.

Menanggapi hal ini, juru bicara NSO Group mengatakan bahwa begitu perusahaan mengetahui insiden itu mereka langsung memutus akses pelanggan yang diduga melakukan peretasan ke sistem, karena beratnya tuduhan.

"Sampai saat ini, kami belum menerima informasi atau nomor telepon, atau indikasi bahwa alat NSO digunakan dalam kasus ini. Di atas penyelidikan independen, NSO akan bekerja sama dengan otoritas pemerintah terkait dan menyajikan informasi lengkap yang akan kami miliki," ungkap juru bicara NSO Group seperti dikutip dari CNN Internasional, Minggu, 5 Desember.

Meski demikian, NSO tidak mengungkapkan siapa pelanggan tersebut. Perusahaan telah lama menyatakan bahwa mereka hanya menjual produknya kepada penegak hukum dan klien intelijen pemerintah, membantu mereka memantau ancaman keamanan, dan tidak terlibat langsung dalam operasi pengawasan.

Produk spyware utama NSO Group, Pegasus, mampu menginfeksi ponsel dari jarak jauh dan menguping panggilan atau pesan teks.

"Meskipun kami tidak dapat mengonfirmasi, secara umum Departemen mengambil tanggung jawab serius untuk menjaga informasi dan terus mengambil langkah-langkah untuk memastikan informasi dilindungi," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Sejatinya, pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, telah sangat prihatin bahwa spyware komersial seperti perangkat lunak NSO Group menimbulkan kontra-intelijen dan risiko keamanan yang serius bagi personel AS.

NSO Group dan perusahaan spyware lainnya sebelumnya telah ditambahkan ke Daftar Entitas yang masuk daftar hitam di AS karena mereka diduga mengembangkan dan memasok spyware ke pemerintah asing yang menggunakan alat ini untuk menargetkan pejabat pemerintah, jurnalis, pebisnis, aktivis, akademisi, dan pekerja kedutaan.

Dalam peristiwa ini Departemen Luar Negeri AS, Apple menolak berkomentar. Bulan lalu, perusahaan yang berbasis di Cupertino, AS itu telah menggugat NSO Group karena diduga melanggar undang-undang anti-peretasan federal dengan menjual Pegasus kepada klien.

Mereka menduga, NSO Group menggunakan perangkat lunak tersebut untuk memata-matai pelanggan Apple. Dalam sebuah pernyataan saat itu, NSO Group tidak membahas gugatan tersebut secara langsung, tetapi mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut menyediakan alat yang sah untuk memerangi teroris dan penjahat.