Bagikan:

JAKARTA - Warga Haiti menggelar ritual voodoo pada peringatan 'Hari Orang Mati' Selasa kemarin, menandai penghormatan terhadap nenek moyang mereka, di sela-sela kondisi sehari-hari Haiti yang tengah diterpa krisis kekurangan bahan bakar, kekerasan geng dan meningkatnya kekurangan gizi.

Pengikut voodoo di negara Karibia berkumpul di kuburan, banyak yang berpakaian putih dan beberapa dengan wajah tertutup bedak putih, untuk bernyanyi dan menari sebagai bagian dari ritual yang melibatkan komunikasi dengan roh leluhur.

"Voodoo, jika Anda ingin mendefinisikannya, adalah sarana yang Anda miliki untuk membangun harmoni antara Anda dan segala sesuatu yang mengelilingi Anda, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat," kata Carl-Henry Desmornes, "ATI" atau pemimpin tertinggi agama tersebut, dalam sebuah wawancara, mengutip Reuters 3 November.

Lebih dari setengah orang Haiti yang berjumlah sekitar 11 juta jiwa, diyakini mempraktikkan voodoo, agama yang dibawa dari Afrika Barat oleh pria dan wanita yang diperbudak dan dipraktikkan secara sembunyi-sembunyi di bawah pemerintahan kolonial Prancis.

Ini terkait erat dengan perjuangan melawan perbudakan di Haiti, yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1804, menyusul apa yang secara luas dianggap sebagai satu-satunya pemberontakan budak yang berhasil di dunia.

"Meskipun kesulitan karena kekurangan bensin, orang-orang telah melakukan perjalanan ke kuburan. Saat saya berbicara, mobil saya kehabisan bensin," ujar Valcin Antoine, seorang pendeta voodoo atau "ougan" yang dikenal sebagai "Toutou," yang memimpin upacara pada Hari Senin di sebuah pemakaman di pinggiran Port-au-Prince di Petion-ville, Haiti.

"Kami tidak takut ketika kami melakukan pekerjaan roh, mereka melindungi kami," sambungnya.

Selama beberapa dekade voodoo telah digambarkan dalam film-film Barat sebagai kultus ilmu hitam, tetapi secara resmi diakui sebagai agama oleh pemerintah Haiti pada tahun 2003 di bawah Presiden Jean-Bertrand Aristide.

Haiti selama hampir dua minggu mengalami kekurangan bahan bakar yang parah. Blokade geng telah mencegah truk mencapai terminal bahan bakar, memaksa beberapa bisnis untuk menutup pintu dan rumah sakit untuk membatasi layanan.

Gelombang penculikan geng, termasuk penculikan sekelompok misionaris Amerika Serikat dan Kanada bulan lalu, telah memicu kemarahan lokal dan menyebabkan beberapa kelompok industri transportasi menyerukan pemogokan umum.