Misionaris Diculik, Delegasi Perdana Menteri Ditembaki: Pemerintah Haiti Disebut Tidak Berdaya Hadapi Geng Bersenjata
Ilustrasi Port-au-Prince di Haiti. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Chief Mass Communication Specialist James G. Pinsky)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Haiti disebut tidak berdaya, setelah geng bersenjata mengacau di negara tersebut selama akhir pekan lalu, dengan menculik belasan misionaris asing, mengumbar tembakan saat rombongan Perdana Menteri Haiti ditembaki dalam suatu acara.

Organisasi bantuan Kristen Amerika Serikat menyebut sekelompok misionarisnya telah diculik di Haiti. Polisi menyebut Geng 400 Mawozo terlibat, dengan pemerintah dianggap tidak berdaya mengatasi masalah geng di Haiti.

Sebanyak 16 orang misionaris Amerika Serikat dan seorang misionaris Kanada yang tergabung dalam Chrsitian Aid Ministries yang berbasis di Ohio, Amerika Serikat, tengah berada di Haiti untuk mengunjungi panti asuhan, saat bus yang mereka tumpangi dibajak Sabtu pekan lalu.

Pihak Christian Aid Ministries mengatakan tidak memiliki informasi tentang siapa yang berada di balik penculikan itu atau ke mana mereka membawa kelompok itu.

"Kami mencari arahan Tuhan untuk sebuah resolusi, dan pihak berwenang mencari cara untuk membantu," sebut pihak organisasi tersebut mengutip Reuters 18 Oktober.

Seorang juru bicara polisi Haiti mengatakan mereka tidak memiliki informasi apapun untuk diberikan tentang insiden tersebut.

Sementara, Departemen Luar Negeri Amerika serikat mengatakan telah mengetahui laporan tersebut. Kedutaan Amerika Serikat biasanya tidak merilis informasi tentang warga negara karena peraturan privasi.

haiti
Ilustrasi polisi Haiti. (Wikimedia Commons/Cristian Borquez)

Anggota Kongres AS Adam Kinzinger, seorang Republikan Illinois, mengatakan kepada CNN bahwa Amerika Serikat harus menemukan para misionaris dan berusaha untuk merundingkan pembebasan mereka tanpa membayar uang tebusan, atau harus menggunakan militer atau polisi untuk mengamankan kebebasan mereka.

"Kita perlu melacak di mana mereka berada dan melihat apakah negosiasi - tanpa membayar uang tebusan - dimungkinkan. Atau melakukan apa pun yang perlu kita lakukan, di front militer atau polisi," kata Kinzinger yang duduk di Komite Urusan Luar Negeri DPR.

Adapun Pemerintah Kanada mengatakan sedang bekerja dengan otoritas lokal dan kelompok untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.

Penculikan telah meningkat selama berbulan-bulan di Haiti, karena kondisi ekonomi negara itu memburuk, meskipun penculikan orang asing relatif jarang terjadi.

Korban umumnya berasal dari kelas menengah Haiti, guru, pendeta, pegawai negeri, pemilik usaha kecil, yang tidak mampu membayar pengawal tetapi dapat mengumpulkan uang tebusan.

Pakar keamanan percaya sebuah geng bernama 400 Mawozo terlibat dalam penculikan para misionaris. Kelompok tersebut mendominasi daerah Croix-des-Bouquets, sebelah timur Port-au-Prince, dan dekat dengan tempat para misionaris dilaporkan telah diculik.

Tak hanya kali ini, 400 Mawozo diduga terlibat dalam penculikan April di area yang sama dengan sekelompok pastor dan suster yang termasuk warga negara Prancis.

Sehari kemudian, rentetan tembakan menyambut Perdana Menteri Haiti Ariel Henry dan rombongan yang dijadwalkan memimpin upacara peringatan kematian salah satu pendiri negara tersebut, Minggu waktu setempat.

Kelompok geng bersenjata disebut menjadi lebih nyaman melakukan kejahatan di luar wilayah yang mereka kendalikan, sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli dan gempa bumi pada Agustus, kata aktivis hak asasi manusia Pierre Esperance.

"Pemerintah yang telah ada selama tiga bulan tidak berdaya menghadapi ini," Esperance, direktur eksekutif Jaringan Pertahanan Hak Asasi Manusia Nasional, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon.

"Tidak ada rencana, tidak ada cara untuk melawan ketidakamanan. Kepolisian nasional belum diperkuat," sambungnya.

Sebelumnya, lima imam dan dua biarawati, termasuk dua warga negara Prancis, diculik pada April di Croix-des-Bouquets dalam kejahatan yang juga diduga terkait dengan 400 Mawozo. Mereka dibebaskan pada bulan yang sama.

Upacara Hari Minggu untuk menghormati Jean-Jacques Dessalines, yang mendeklarasikan kemerdekaan Haiti dari Prancis pada tahun 1804, telah direncanakan untuk Pont-Rouge, pintu masuk timur ke pusat kota Port-au-Prince, tempat Dessalines dibunuh pada tahun 1806.

Para pejabat telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mengadakan acara di sana karena kehadiran koalisi geng yang dikenal sebagai G9, yang dipimpin oleh mantan perwira polisi Jimmy Cherizier, alias "Barbecue."

Seorang juru bicara Kabinet Henry tidak menanggapi permintaan komentar atas upacara tersebut.

Lonjakan penculikan di negara miskin itu terjadi di atas kondisi ekonomi yang memburuk dan diaspora warga Haiti yang tumbuh mencari peluang yang lebih baik di negara lain. Setidaknya 628 penculikan terjadi di Haiti dalam sembilan bulan pertama tahun 2021, 29 di antaranya melibatkan orang asing, menurut sebuah laporan oleh Pusat Analisis dan Penelitian Hak Asasi Manusia nirlaba Haiti, atau CARDH.

Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena banyak orang Haiti tidak melaporkan penculikan, takut akan pembalasan dari geng kriminal.

"Geng-geng itu federasi, mereka dipersenjatai dengan baik, mereka memiliki lebih banyak uang dan ideologi. Kita menuju negara proto. Geng-geng semakin kuat sementara polisi semakin lemah," tukas Direktur CARDH Gedeon Jean.