Korban Tewas Akibat Gempa Bumi Haiti Tembus 1.941 Jiwa, Pemerintah Janjikan Penanganan Lebih Baik
Anggota Brigade Medis Kuba merawat korban gempa bumi di Haiti. (Antara/Reuters-HO-Cuban Medical Brigade)

Bagikan:

JAKARTA - Korban tewas gempa bumi dahsyat yang melanda barat daya Haiti pekan lalu melonjak jadi 1.941 orang pada Hari Selasa, seiring dengan dilanjutkannya pencarian korban setelah badai tropis berlalu.

Warga kekurangan makanan, membutuhkan tempat tinggal dan bantuan medis. Sementara, rumah sakit setempat berusaha untuk terus merawat semua korban luka, dengan perhitungan resmi sementara angkanya mencapai 9.915 orang, dengan banyak orang masih hilang atau di bawah reruntuhan, kata Dinas Perlindungan Sipil pada Selasa sore.

"Tidak ada cukup dokter dan sekarang dia sudah meninggal," kata Lanette Nuel, duduk lesu di samping mayat putrinya di luar rumah sakit utama Les Cayes, salah satu kota yang paling parah dilanda gempa dan hujan lebat serta angin badai, mengutip Reuters Rabu 18 Agustus.

Gempa pada Hari Sabtu merobohkan puluhan ribu bangunan di Haiti, negara termiskin di Amerika, yang masih belum pulih dari gempa 11 tahun lalu yang menewaskan lebih dari 200.000 orang.

Upaya bantuan menjadi rumit karena keadaan dan akses jalan yang sulit dari ibukota ke selatan, karena kontrol geng bersenjata di titik-titik kunci. Banjir bandang dan tanah longsor setelah Badai Tropis Grace, semakin memperumit masalah.

"Keluarga Haiti yang tak terhitung jumlahnya yang telah kehilangan segalanya akibat gempa, sekarang benar-benar hidup dengan kaki terendam air akibat banjir," kata Bruno Maes, perwakilan Dana Anak PBB (UNICEF) di Haiti.

"Saat ini, sekitar setengah juta anak Haiti memiliki akses terbatas atau tidak sama sekali ke tempat berlindung, air bersih, perawatan kesehatan dan nutrisi," sambungnya.

Sementara, Rumah sakit di Les Cayes, sekitar 150 km (90 mil) barat ibukota Port-au-Prince, kewalahan pada Hari Selasa daripada sebelumnya karena pasien yang sebelumnya dirawat di tenda luar rumah sakit, terpaksa pindah ke dalam untuk menghindari badai tropis.

Direktur Peterson Gede mengatakan Petugas medis melakukan yang terbaik yang mereka bisa, tetapi itu tidak cukup.

"Petugas medis melakukan yang terbaik yang mereka bisa, tetapi itu tidak cukup. Kami tidak bisa menangani semua pasien. Dan kami telah menerima pasokan, tetapi itu tidak cukup," ujar Direktur Peterson Gede.

Di sebuah kota di Les Cayes yang berisi banyak anak dan bayi, lebih dari seratus orang bergegas memperbaiki penutup darurat yang terbuat dari tiang kayu dan terpal yang dihancurkan oleh Badai Tropis Grace semalaman.

Mathieu Jameson, wakil ketua panitia yang dibentuk oleh warga setempat mengatakan, ratusan orang di sana sangat membutuhkan tempat penampungan makanan dan perawatan medis.

"Kami tidak punya dokter. Kami tidak punya makanan. Setiap pagi lebih banyak orang berdatangan. Kami tidak punya kamar mandi, tidak ada tempat untuk tidur. Kami butuh makanan, kami butuh lebih banyak payung," kata Jameson, menambahkan kota tersebut masih menantikan bantuan pemerintah.

Terpisah, Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengatakan telah melanjutkan operasi penyelamatan dan bantuan pada Selasa pagi, setelah melakukan penangguhan selama badai dan bekerja dengan mitra internasional untuk meningkatkan bantuan.

Beberapa rumah sakit besar rusak parah, menghambat upaya kemanusiaan, seperti juga titik fokus dari banyak komunitas yang hancur, seperti gereja dan sekolah. Dokter bekerja di tenda darurat di luar rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa ratusan orang yang terluka, termasuk anak-anak dan orang tua.

Petugas penyelamat telah menggali bersama penduduk melalui puing-puing dalam upaya untuk mencapai mayat, meskipun hanya sedikit suara yang berharap menemukan orang yang hidup. Bau debu dan tubuh yang membusuk memenuhi udara.

"Kami datang dari segala penjuru untuk membantu, dari utara, dari Port-au Prince, dari mana-mana," kata Maria Fleurant, seorang petugas pemadam kebakaran dari Haiti utara.

Dengan sekitar 37.312 rumah hancur akibat gempa, menurut pihak berwenang Haiti, dan banyak dari mereka yang masih belum digali, jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.

Sementara, Perdana Menteri Ariel Henry, yang dilantik kurang dari sebulan lalu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise, berjanji untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan lebih baik daripada setelah gempa 2010.

Meskipun miliaran dolar uang bantuan mengalir ke Haiti setelah gempa dan Badai Matthew pada tahun 2016, banyak orang Haiti mengatakan mereka melihat sedikit manfaat dari upaya yang tidak terkoordinasi, di tengah kekurangan makanan dan barang-barang pokok yang terus-menerus.

"Gempa bumi adalah bencana besar yang menimpa kami di tengah musim badai," kata Henry kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak akan mengulangi 'hal yang sama' yang dilakukan pada 2010.

Untuk diketahui, PBB mengatakan telah mengalokasikan dana sekitar 8 juta dolar Amerika Serikat dana darurat untuk menyediakan perawatan kesehatan penting, air bersih, tempat penampungan darurat dan sanitasi untuk semua orang yang terkena dampak.

"Kami akan terus meningkatkan respons kami ke daerah-daerah yang paling parah terkena dampak," terang Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan.