JAKARTA - Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Ade Armando menyebut sosok Anies Baswedan bak clickbait dalam dunia media. Komentar atau pandangan Anies soal banjir atau masalah di ibu kota sengaja dikemas dalam bahasa yang mudah diingat media dan gampang dikutip.
Sayangnya, bobot clickbait Gubernur DKI Jakarta ini sama sekali rendah. Alih-alih menampilkan komentar 'berkelas,' hobi Anies lebih pada komentar menggelikan atau lucu. Sebagai contoh, kata Ade Armando, soal banjir. Anies bilang, surutnya banjir tidak melulu mengandalkan gravitasi melainkan kinerja Pemprov DKI.
"Seperti biasa kita mungkin mendengar komentar atau langkah-langkah Anies yang mungkin menggelikan, lucu atau membingungkan. Ini enggak salah, tapi juga tidak bermakna apa-apa. Orang paling awam pun sekali pun tentu paham bahwa penyurutan tidak bisa sekedar mengandalkan alam, memang harus diintervensi teknologi, jadi buat apa Anies bicara kosong seperti ini," ucap Ade dikutip dari siaran Youtube Cokro TV, Rabu, 3 November.
Atau komentar Anies soal banjir pada tahun lalu yang menyebutkan anak-anak kecil senang bermain ketika banjir tiba. Kesan dari komentar Anies adalah membiarkan anak-anak terancam bahaya atau ingin membangun image bahwa banjir itu bukan persolan serius.
Ade menduga, pernyataan receh Anies ini agar popularitasnya tetap ada. Dalam panggung politik, Anies sengaja, terus-menerus mengeluarkan kalimat yang gampang dikutip media dan media sosial agar dia terus menjadi bahan pembicaraan.
BACA JUGA:
Bila muncul di media, dengan sendirinya menyebar. Bukan hanya pendukung Anies tapi juga para haters-nya terlepas dari kebodohan komentar dari orang nomor satu di DKI Jakarta ini. Imbas dari pembicaraan soal komentar bodoh Anies ini, menurut Ade, berujung pada popularitas.
"Ini yang namanya clikbait. Dia sengaja bertingkah laku di luar kebiasaan atau luar biasa agar langsung diketik media dan kalau sudah muncul di media massa informasi itu akan menyebar dengan sendirinya. Mereka yang anti Anies akan dengan senang hati membicarakannya dalam konteks sebenarnya mengungkapkan kebodohan Anies," ucap Ade.
Tak heran dalam berbagai survei, nama Anies bertengger di 3 besar calon presiden bersama Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto. Di kubu yang bersebrangan dengan Anies, ada pertimbangan untuk tak lagi membicarakannya karena alasan popularitas.
"Mau sebodoh apa pun dia berkomentar hanya jangan kasih panggung. Tapi benarkah ini? Terus terang saya enggak pernah belajar yang mengatakan mendiamkan seorang calon pemimpin yang buruk adalah taktik yang tepat," tegas Ade.
Ade menyebutkan, meski tingkat popularitas Anies tinggi di media tetapi masyarakat yang menyatakan akan memilih Anies jauh lebih rendah. Artinya, seorang tokoh tidak dibentuk oleh kuantitas pemberitaan namun juga oleh bagaimana dia digambarkan secara berkelanjutan oleh media atau netizen.
"Biarkan masyarakat terbuka matanya dan ini harus dilakukan karena Anies adalah seorang kandidat potensial untuk menjadi Presiden 2024. Masyarakat harus tahu kualitas orang yang akan dipilih menjadi presiden," terang Ade.