Ade Armando Sebut Imam Shamsi Ali Meracau dan Emosional, Tinggal Lama di New York Tapi Tak Miliki Tradisi Berdebat
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Ade Armando (Foto: DOK VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Ade Armando menyerang balik Imam Syamsi Ali usai pendapat tidak wajibnya menjalankan syariat Islam disampaikan tanpa menggunakan otak.

Menurut Ade, sebagai seorang imam apalagi telah tinggal lama di New York, yang bersangkutan harusnya memiliki tradisi logika yang kuat, berbeda pendapat dengan menampilkan argumen cerdas.

Alih-alih berlaku demikian, Imam Besar di Islamic Center of New York tersebut justru gelap mata, meracau dan emosional menanggapi argumentasi Ade soal syariat Islam. 

"Shamsi Ali selama ini digadang-gadang sebagai seorang imam di masjid New York jadi yang mustinya pintar dan beradab. Apalagi dia kan sudah berpuluh tahun tinggal di sebuah kota besar, dimana tradisi diskusi dan beradu pendapat berakar kuat tapi tweet (Syamsi) menyedihkan," terang Ade lewat kanal Youtube Cokro TV dilansir Selasa, 2 November. 

Syamsi Ali sebelumnya bilang ke Ade Armando untuk menggunakan otak kalau hendak berbicara mengenai syariat Islam. Ini berangkat dari pendapat Ade yang mengaku sebagai seorang muslim tetapi tidak percaya kalau umat muslim harus menjalankan syariat Islam.

Selain itu, Ade Armando menyebutkan, bila Indonesia menjalankan syariat Islam maka akan hancur. Argumentasi Ade adalah, syariat diturunkan sesuai konteks itu berlaku. Artinya, nuansa syariat yang ada di Al-Qur'an memiliki konteks dunia Arab pada Abad ke-7.

Bagi Syamsi, seorang muslim wajib menjalankan syariat.“Berislam tanpa bersyariat tidak berislam. Ketika anda mengingkari syariat anda ingkari Islam. Anda Syahadat itu Syariah, anda sholat itu Syariah, anda Puasa, Haji, makan halal, tidak makan haram itu Syariah, nikah itu Syariah, tidak zina itu Syariah. bicara Pakai otak lah!” tegas Syamsi. 

Ade heran, harusnya Syamsi Ali mendengarkan dulu argumentasi dalam video yang disampaikan. Dalam Al-Qur'an ada banyak contoh penegakan syariat selain salat, puasa, haji dan sebagainya. 

Misalnya, perintah memotong tangan pencuri, menghukum mati seorang pembunuh,  mendera pezinah, memberi warisan pria dua kali lebih besar dari perempuan,  membunuh kaum kafir yang tidak mau mengikuti perintah Allah.

Termasuk menjauhi umat nasrani, melarang umat Islam memilih pemimpin Nasrani sampai menggauli budak dan sebagainya. Sebagai bagian dari syariat, apakah itu wajib dijalankan di abad-21 ini. 

"Kalau sama sekali tidak setuju dengan pandangan saya ya jawablah dengan argumen yang jelas. Misalnya saja saya ingin dengar pendapatnya tentang contoh-contoh perintah dalam Al-Qur'an yang saat ini dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia (melarang umat Islam memilih pemimpin di luar Islam, pencuri potong tangan, red). Apakah menurutnya perintah itu tidak perlu diterapkan atau?" 

"Jawaban ini penting untuk memahami cara pandang dia tentang kewajiban menata kehidupan bermasyarakat," tegas Ade.

Ade bahkan mempertanyakan ke Syamsi kalau seorang muslim tidak berpuasa, tidak naik haji, atau makan babi apakah dengan sendirinya disebut mengingkari Islam? Di dunia ini, menurut Ade, banyak muslim yang tidak salat 5 waktu.

"Apakah mereka mengingkari Islam? Saya tidak menganggap teman-teman muslim saya yang tidak melakukan salat, tidak berpuasa, minum wine misalnya mengingkari Islam," tegas Ade.