Bagikan:

JAKARTA - Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Ade Armando membela pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman mengenai 'Tuhan bukan orang Arab.'

Pembelaan Ade Armando ini sekaligus mengkritik Shamsi Ali, Imam di Islamic Center of New York dan Direktur Jamaica Muslim Center dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Pasuruan, Jawa Timur, Habib Abubakar Assegaf. 

Ade bilang, para pengkritik Dudung merupakan orang yang cacat logikanya. KSAD Dudung jelas tidak pernah bilang 'Tuhan bukan orang Arab.' Apa yang disampaikan merupakan silogisme kategorik yang merupakan pelajaran logika dasar. Untuk sampai pada konklusi (kesimpulan) kita harus mempelajari premis mayor dan minornya.

"Contoh, premis mayornya, semua makanan yang mengandung babi haram. Premis minornya, bacon adalah babi. Maka konklusinya bacon haram. Sekarang kita gunakan silogisme ini dalam pernyataan Dudung. Premis mayornya Allah bukan manusia, premis minornya orang Arab adalah manusia. Konklusinya, orang Arab pasti bukan Allah. Atau Allah pasti bukan orang, sederhanakan?" tegas Ade Armando dalam kanal Youtube CokroTV dikutip VOI, Jumat, 3 Desember. 

Dengan menggunakan logika ini, menurut Ade Armando dimana letak kesalahan Jenderal Dudung? Atau, merujuk pada kritik Shamsi Ali kalau Tuhan bukan orang Arab, bukan orang India atau bukan orang Melayu. Alhasil, Tuhan tidak boleh dikait-kaitkan dengan etnis atau bangsa tertentu. 

Lantas, tegas Ade Armando, dimana letak kesalahan Jenderal Dudung? Sampai mantan Panglima Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) ini disebut telah melakukan penistaan agama? Bukankah Dudung memastikan secara tegas bahwa Tuhan melampaui etnis dan ras tertentu.

"Gimana sih (Shamsi Ali), kan memang Dudung bilang doa itu tidak harus dikaitkan dengan etnis atau ras apapun. Dudung bilang Tuhan itu berada di atas bangsa dan ras, jadi berkomunikasi dengan Tuhan tidaklah harus dengan bahasa bangsa tertentu. Kurang jelas apa lagi sih pernyataan Dudung kok malah dipandang keliru?" tegas Ade Armando.

Ade menambahkan, ada kekacauan berpikir yang datang dari para imam Islam ini sehingga tidak mampu membaca secara sederhana apa yang dimaksud oleh Dudung. Dudung hanya ingin mengatakan bahwa berkomunikasi dengan Tuhan itu sederhana, menggunakan bahasa yang biasa kita gunakan. 

"Tidak usah capek-capek berdoa dengan bahasa yang tidak kita kenal. Tuhan itu Maha Besar dan maha tahu dia tentu paham kalau kita berbicara padaNYA dengan bahasa sendiri,"

"Perlu dicatat ya, bahwa Dudung mengatakan doa berbahasa Indonesia itu dia ucapkan selesai salat. Jadi doa dalam salatnya dalam bahasa Arab tapi doa sesudah salatnya dalam bahasa Indonesia," tegas Ade Armando. 

Meski demikian, menurut Ade Armando, apa yang disampaikan imam pengkritik Dudung merupakan cerminan dari pertarungan wacana Islam di Indonesia. 

Shamsi Ali dan kawan-kawan itu nampaknya datang dari kemarahan ketika ada tokoh seperti Dudung yang dianggap memisahkan identitas ka-Araban pada Islam. 

Shamsi Ali, menurut Ade, adalah personal yang percaya pada pentingnya membangun umat Islam Indonesia yang melandaskan pada syariat untuk membangun negara Islam di masa depan. Untuk itu, sambung Ade, umat Islam menurut mereka harus kembali ke agama Islam yaitu Islam yang berkembang di tanah leluhur yakni Arab.

Pernyataan Dudung 'Tuhan bukan orang Arab' disampaikan saat hadir di podcast Deddy Corbuzier yang ditayanggkan beberapa waktu lalu.

"Kalau saya berdoa setelah salat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab," ucap Dudung.

Menanggapi pernyataan itu, beberapa tokoh seperti Shamsi Ali dan Habib Abubakar Assegaf menyampaikan kritik. Shamsi menyebut berdoa pakai bahasa apa saja tidak jadi masalah. Masalahnya saat Dudung mengaitkan Tuhan dengan etnis atau bangsa tertentu (Arab).

"Bapak Jenderal, berdoa pakai bahasa apa saja tidak masalah. Tapi tidak perlu Tuhan dikaitkan dengan etnis/bangsa," cuit Shamsi di akun Twitter, Kamis, 2 Desember.

Shamsi lantas mengkoreksi pernyataan Dudung kalau Tuhan bukan orang sehingga tidak bisa dibatasi dengan atnis atau bangsa tertentu.  

"Statement Jenderal Keliru: 1) Tuhan memang pastinya bukan orang. Karena bukan orang maka 2) Tuhan tidak dibatasi oleh kebangsaan/etnis/ras. Baiknya tuntaskan KKB di Papua," tegas Shamsi.