Veteran Angkatan Laut AS Masih Disandera Taliban, Keluarga Desak Presiden Biden Pecat Utusan Khusus
JAKARTA - Keluarga Mark Frerichs pada Hari Senin mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, untuk memecat kepala negosiator perdamaian Afghanistan, menyebut utusan itu tidak berbuat banyak untuk membebaskan orang Amerika terakhir yang diyakini disandera oleh Taliban.
Seruan untuk pemecatan Perwakilan Khusus AS Zalmay Khalilzad, muncul di tengah pertanyaan atas negosiasinya dengan Taliban yang gagal memajukan proses perdamaian yang digariskan dalam kesepakatan penarikan pasukan AS pada Februari 2020 yang ia tandatangani dengan mereka.
"Saya telah kehilangan kepercayaan pada Duta Besar Khalilzad. Dia "tampaknya mengabaikan penculikan saudara laki-laki saya," Charlene Cakora, saudara perempuan Frerichs dan juru bicara keluarga, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, seperti dikutip Selasa 14 September.
"Mereka membutuhkan seseorang yang berbicara dengan Taliban yang akan menjadikan Mark sebagai prioritas. Duta Besar Khalilzad harus dipecat," lanjutnya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan dalam email, Amerika Serikat telah mendesak pembebasan segera dan aman Frerichs. Dan, upaya itu tidak akan berhenti sampai Mark pulang.
"Kami telah menjelaskan hal itu kepada Taliban dengan tegas," lanjut juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa para pejabat senior AS bertemu dengan keluarga Frerichs secara teratur. Dewan Keamanan Nasional tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Frerichs merupakan veteran Angkatan Laut AS berusia 59 tahun dari Lombard, Illinois, bekerja di Afghanistan selama satu dekade pada proyek-proyek pembangunan. Dia diculik sebulan sebelum Khalilzad menandatangani kesepakatan penarikan pasukan AS dan dipindahkan ke jaringan Haqqani, sebuah faksi Taliban brutal yang dituduh melakukan beberapa serangan paling mematikan dalam perang.
Pemimpin jaringan tersebut, Sirajuddin Haqqani, yang menjadi buronan FBI dengan hadiah 10 juta dolar AS, diangkat menjadi menteri dalam negeri pekan lalu dalam pemerintahan Afghanistan bentukan Taliban, usai berhasil menguasai Kabul dan tentara koalisi asing pimpinan AS angkat kaki.
Cakora menuduh Khalilzad gagal menjadikan pembebasan saudara laki-lakinya sebagai prioritas dan bahkan tidak pernah bertanya kepada Taliban tentang Mark di bulan ini, antara penculikannya dan penandatanganan kesepakatan penarikan pasukan AS. Khalilzad, katanya, "bahkan belum berbicara dengan keluarga kami sejak Joe Biden menjabat."
Baca juga:
- Korea Utara Sukses Lakukan Uji Coba Penembakan Rudal Jelajah Jarak Jauh Terbaru, Kenai Target Sejauh 1.500 Kilometer
- Menteri Pertahanan Israel Tuding Iran Berikan Pelatihan Drone Kepada Milisi Asing di Dekat Isfahan
- Presiden Joe Biden akan Mengumumkan Langkah Baru Penanganan COVID-19 Jelang Pertemuan Majelis Umum PBB
- Galang Bantuan Rp8,5 Triliun untuk Afghanistan, Antonio Guterres: Saat Ini PBB Tidak Bisa Bayar Gaji Pekerjanya
Para pejabat Taliban menyebut akan membebaskan Frerichs sebagai imbalan atas pembebasan Bashir Noorzai, seorang gembong narkoba Afghanistan dan rekan Taliban yang menjalani hukuman seumur hidup di Amerika Serikat, karena menyelundupkan heroin senilai 50 juta dolar AS ke negara itu.
Keluarga mengajukan banding bulan lalu untuk bukti Frerichs masih hidup dalam sebuah surat terbuka kepada Sirajuddin Haqqani, meminta agar dia mempublikasikan video terbaru dari tawanan. Dalam surat tersebut, Cakora juga mendesak Haqqani untuk menawarkan pertukaran Frerichs untuk Noorzai.
"Bangsa saya dan Taliban telah lama berperang. Saya tahu, ketika perang berakhir, tahanan di kedua belah pihak harus memiliki kemampuan untuk pulang," sebutnya.