Dihuni Hewan Langka dan Markas Militer AS, UNESCO Tetapkan Hutan Subtropis Jepang Sebagai Warisan Dunia

JAKARTA - Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memutuskan untuk memasukkan rantai pulau barat daya Jepang, dengan hutan subtropis yang lebat ke dalam daftar Warisan Dunia alami, Senin 26 Juli lalu.

Komite Warisan Dunia dari organisasi PBB memutuskan selama sesi online untuk mendaftar sebagai situs Warisan Alam Dunia kelima Jepang di area seluas 43.000 hektar, yang terdiri dari Pulau Amami-Oshima dan Pulau Tokunoshima di Prefektur Kagoshima serta bagian utara Pulau Okinawa utama dan Pulau Iriomote di Prefektur Okinawa.

Keputusan tersebut mengikuti rekomendasi pada Bulan Mei oleh panel penasehat UNESCO, jika pulau-pulau dengan ekosistem yang beragam, rumah bagi hewan dan burung langka termasuk kelinci Amami, kucing Iriomote dan rel Okinawa, ditambahkan ke dalam daftar. Hewan dan tumbuhan di daerah tersebut telah berevolusi dalam proses pembentukan pulau-pulau saat mereka terlepas dari benua.

Mengutip Kyodo News, Pemerintah Jepang awalnya mengajukan proposal Warisan Dunia untuk pulau-pulau itu ke UNESCO pada Februari 2017. Namun, proposal itu ditarik pada Juni 2018 sesuai dengan saran panel, atau Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, yang mengatakan bahwa tindakan untuk melestarikannya belum cukup.

Sejumlah binatang khas dan langka tinggal di kawasan ini. (Wikimedia Commons/Anagounagi)

Pemerintah mengatur ulang kandidat area menjadi lima lokasi dengan memasukkan hutan di dalam bekas lokasi militer Amerika Serikat (AS) di Okinawa utara. Wilayah ini dikembalikan ke Jepang pada Desember 2016 dan memperkuat tindakan terhadap spesies invasif sebelum mengajukan kembali proposal pada Februari 2019.

Keputusan ini mengikuti kesuksesan Kepulauan Ogasawara, yang terdaftar dalam daftar UNESCO pada tahun 2011 dan bisa menjadi situs Warisan Dunia UNESCO alami terakhir di Jepang, karena semua kandidat situs yang direkomendasikan oleh Pemerintah Jepang telah ditambahkan ke daftar UNESCO.

Sebelumnya, pencalonan wilayah ini sebagai Warisan Dunia UNESCO mendapat sambutan hangat dari pemerintah dan warga setempat. Mereka antusias dengan terpilihnya kawasan ini.

"Berita tersebut menginspirasi mimpi yang dapat mencerahkan suasana di tengah pandemi virus corona," kata Wali Kota Amami Tsuyoshi Asayama kepada wartawan Bulan Mei lalu.

"Kami akan terlibat dalam pengembangan kawasan berkelanjutan yang layak untuk warisan alam dunia, sehingga kami dapat meninggalkan lingkungan alam yang berharga ini kepada keturunan kami 100 dan 1.000 tahun dari sekarang," sebut Gubernur Okinawa Denny Tamaki dalam sebuah pernyataan terpisah.

Hutan bakau di Iriomote Okinawa, Jepang. (Wikimedia Commons/663highland)

Pemilihan wilayah ini juga mendapat sambutan hangat dan dukungan dari para pecinta lingkungan, serta pegiat pelestarian binatang-binatang khas yang ada di kawasan ini.

"Saya berharap orang-orang masih tinggal di sepanjang hutan tempat kelinci Amami tinggal setelah 1.000 tahun," ujar Mutsumi Minobe dari Pulau Tokunoshima yang bergerak di organisasi nirlaba untuk mempromosikan ekowisata.

Sementara itu, Yusuke Takayama, 39, yang terlibat dalam kegiatan untuk melindungi kucing Iriomote, menyatakan keprihatinannya tentang potensi 'wisata berlebihan', serta pemberian makan yang tidak tepat dan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kucing liar yang langka.

"Kita perlu langkah tegas seperti membatasi jumlah pengunjung yang masuk ke pulau itu," tandasnya

Diketahui, Jepang hingga saat ini memiliki 25 situs Warisan Dunia UNESCO, dengan lima di antaranya merupakan situs alam, serta 17 lainnya merupakan situs prasejarah seperti Situs Sannai Maruyama di Aomori, pemukiman besar di sekitar 3900 hingga 2200 SM, dan lingkaran batu Oyu di Prefektur Akita utara yang berasal dari sekitar 2000 hingga 1500 SM.