Bagikan:

JAKARTA - Panel penasehat Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) merekomendasikan situs arkeologi Era Jomon di Jepang utara, masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia, Rabu 26 Mei menurut Badan Urusan Kebudayaan Jepang. 

Area bersejarah ini terdiri dari 17 situs kuno di seluruh pulau utama utara Hokkaido dan prefektur timur laut Aomori, Iwate serta Akita yang mencerminkan masyarakat pemburu-pengumpul yang berlaku di Jepang selama lebih dari 10.000 tahun.

Jika didaftarkan selama sesi Komite Warisan Dunia dari antara 16 dan 31 Juli, situs tersebut akan menjadi daftar Warisan Budaya Dunia ke-20 Jepang dan situs prasejarah pertama yang mendapatkan pengakuan tersebut.

Di antara reruntuhan, desa Sannai Maruyama di Aomori yang berusia sekitar 5.900 tahun, menampilkan pemukiman besar dengan sisa-sisa bangunan besar dan jalan yang diatur secara sistematis. Sedangkan situs Oyu Kanjo Resseki di Akita terdiri dari sepasang lingkaran batu besar.

"Kami akhirnya sampai pada titik ini setelah bekerja lama. Saya ingin berbagi kebahagiaan dengan pendukung kami setelah rekomendasi selesai," kata Kazunori Takada, 71, yang merupakan direktur museum reruntuhan Goshono di Iwate, melansir Kyodonews, Kamis 27 Mei.

Pemerintah Jepang merekomendasikan situs arkeologi tersebut kepada UNESCO tahun 2020. Dalam pengajuannya, Pemerintah Jepang menyebut kawasan tersebut diyakini mewakili era yang dimulai sekitar 16.000 tahun lalu dengan pemukiman yang masyarakatnya bersandar pada perburuan, menangkap ikan dan pengumupulan tanaman.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang telah bekerja untuk meningkatkan kesadaran dan melestarikan situs Era Jomon ini, menyambut baik dan antusias dengan pengumuman UNESCO ini. 

"Karena saya pikir situs tersebut akhirnya akan terdaftar, saya merasa sangat mengesankan. Mendaftar bukanlah tujuan akhir kami. Ini hanya permulaan. Kami ingin bekerja sama dengan daerah lain dengan peninggalan kuno ini, untuk berbagi daya tarik Era Jomon," kata Fumitaka Sato, kepala sekretariat LSM yang mengangkat kepentingan publik Desa Sannai Maruyama yang berjuang selama 25 tahun untuk memperjuangkan pengakuan UNESCO.

Sementara itu, direktur museum di situs Oyu Kanjo Resseki. Masahiko Hananoki mengungkapkan, pengakuan terhadap situs ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama. 

"Saya yakin jika (situs) terdaftar, pengunjung akan lebih banyak. Saya ingin itu membantu merevitalisasi wilayah kita," tukasnya.