Australia Catat Rekor Tertinggi Infeksi Harian COVID-19, PM Scott Morrison Minta Maaf

JAKARTA - Perdana Menteri Australia Scott Morrison meminta maaf atas lambannya program vaksinasi COVID-19, seiring dengan lonjakan kasus infeksi di negara tersebut akibat merebaknya varian Delta.

Hari Kamis ini, Australia kembali mencatat rekor kasus infeksi harian COVID-19, setelah sebelumnya sukses menangani gelombang COVID-19 tahun 2020 lalu. Namun, gelombang COVID-19 kali ini membuat Negeri Kangguru terpukul.

"Saya minta maaf karena kami tidak dapat mencapai nilai yang kami harapkan di awal tahun ini," kata Perdana Menteri Scott Morrison kepada wartawan di Canberra, mengutip Reuters Kamis 22 Juli.

Diketahui, Australia hingga saat ini baru memberikan memberikan kurang dari 150.000 vaksin setiap hari, jauh di belakang negara-negara maju lainnya.

Pemerintah Australia mengatakan akan memenuhi targetnya untuk memvaksin populasi orang dewasa pada akhir 2021, seiring dengan tibanya jutaa dosis vaksin COVID-19 lansiran Pfizer dan Moderna dalam beberapa pekan mendatang.

Lonjakan kasus COVID-19 di Australia hari ini dilaporkan terjadi di Negara Bagian New South Wales. Negara bagian terpadat ini mencatat 124 kasus infeksi baru, dibanding 110 kasus kemarin, mencatat rekor infeksi harian tertinggi dalam 16 bulan terakhir.

Sebagian besar infeksi dilaporkan di ibu kota New South Wales, Sydney, yang telah memasuki minggu keempat penguncian.

"Kami mengantisipasi jumlah kasus akan terus meningkat sebelum mereka mulai turun dan kami perlu mempersiapkan diri untuk itu," tutur Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian.

Kekhawatiran terbesar adalah jumlah orang yang bergerak di sekitar komunitas sebelum didiagnosis, yaitu 48 orang pada Hari Rabu di New South Wales, kata otoritas kesehatan negara bagian.

Kendati Sydney akan keluar dari penguncian pada 30 Juli, PM Berejiklian mengatakan kasus di masyarakat harus mendekati nol terlebih dahulu. Dia mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi.

Terpisah, Negara Bagian Victoria yang memasuki minggu kedua perintah tinggal di rumah, mencatat 26 kasus baru, naik dari 22 sehari sebelumnya. Semua 26 kasus baru terkait dengan rantai penularan yang diketahui dan 24 berada di karantina selama masa infeksi mereka, kata otoritas negara bagian.

Sementara, Negara Bagian Australia Selatan yang juga berada dalam penguncian, melaporkan dua kasus baru ketika para pejabat melacak dua peristiwa pusat penyebaran virus, pertemuan di kilang anggur dan restoran Yunani di ibu kota negara bagian Adelaide.

Dengan jutaan penduduk berada di dalam penguncian selama berminggu-minggu, Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg menyebut ekonomi Negeri Kangguru mengalami kerugian hingga 300 juta dolar Australia atau sekitar 220 juta dolar Amerika Serikat per hari.

Dengan sebagian besar bisnis ditutup di dua kota terbesar di negara itu, Frydenberg mengatakan ekonomi kemungkinan akan berkontraksi ketika angka PDB (Produk Domestik Bruto) diterbitkan pada awal September.

"Kami mungkin berharap kuartal September negatif, tentu saja," tukas Frydenberg kepada Channel 7 Australia.

Namun, PM Morrison kemarin mengatakan, Bank Sentral Australia yakin resesi kedua dalam beberapa tahun akan dapat dihindari.

Untuk diketahui, melansir Worldometers, total Australia mencatat kasus infeksi COVID-19 sebanyak 32.426 kasus, dengan 915 kematian serta sebanyak 29.743 pasien dinyatakan sembuh.