Gurita Berubah Warna saat Beralih di Antara Fase Tidur
JAKARTA - Sejumlah hewan seperti mamalia, burung dan beberapa spesies reptil diketahui memiliki tahap tidur yang disebut 'aktif' atau dikenal dengan istilah R.E.M (Rapid Eye Movement).
Sebuah studi baru, yang diterbitkan pada 25 Maret di jurnal akses terbuka 'iScience', berusaha mencari tahu apakah tahap tidur "aktif" ini juga terjadi pada gurita yang tertidur, yang kira-kira berbeda dari manusia.
"Motivasi untuk mempelajari gurita adalah, untuk melihat apakah hewan yang sangat jauh dari kita, tetapi memiliki sistem saraf yang sangat kompleks dan perilaku yang sangat, sangat canggih, apakah hewan ini juga bisa tidur aktif,” kata penulis senior Sidarta Ribeiro, Direktur Institut Otak Universitas Federal Rio Grande do Norte, Brasil mengutip Popular Science 26 Juni.
"Kami menemukan, gurita memiliki dua kondisi tidur, satu tenang dan satu aktif, sama seperti manusia," sambungnya, menerangkan jika para peneliti menemukan gurita juga mengalami fase tidur aktif.
"Kami berada tepat di tengah-tengah revolusi tentang memahami apa yang dilakukan tidur bagi kita, dan bagi organisme secara lebih umum. Dan itulah mengapa makalah ini sangat penting," terang Marcos Frank, seorang ahli saraf di Washington State University, Amerika Serikat yang mengenal Ribeiro tetapi tidak terlibat dalam penelitian ini.
Kendati demikian, Frank telah mengerjakan penelitiann serupa pada sotong. "Ada petunjuk yang terakumulasi selama 20 tahun terakhir atau lebih, kondisi tidur yang mirip dengan mimpi tidur pada manusia mungkin terjadi pada organisme lain yang berevolusi secara independen dari kita," ungkapnya.
Dipimpin oleh Sylvia Lima de Souza Medeiros, mahasiswa pascasarjana di Brain Institute, tim peneliti mempelajari empat gurita insularis dewasa, spesies yang hidup di lepas pantai utara Brasil. Setelah menangkap hewan dan menyesuaikannya dengan pengaturan laboratorium, tim merekam mereka, menggunakan metode komputasi untuk menentukan apa yang terjadi dalam kondisi tidur yang berbeda.
Mereka menemukan keadaan 'tenang' yang sudah diketahui, di mana gurita benar-benar pucat, hampir sepenuhnya tidak bergerak, dengan gerakan yang sangat lembut, manis dan halus, mata tertutup, pupil tertutup, tukas Ribeiro.
Menariknya, tim mencatat setiap setengah jam, keadaan makhluk laut itu tampaknya berubah. Mata, lengan dan pengisap mereka akan mulai bergerak bebas. Dan, seiring dengan gerakan ini, terjadi pergeseran warna dan tekstur kulit. Menurutnya, warna kulit akan berubah secara dramatis.
Pada 2019, klip viral dari film dokumenter PBS menunjukkan, gurita Heidi, berkedut, berubah warna, dan tampak bermimpi. Para ilmuwan pada saat itu berhati-hati, mengingat tidak adanya data yang menunjukkan bahwa gurita memiliki tahapan tidur seperti R.E.M.
Dalam studi iScience, untuk menunjukkan apakah gurita ini benar-benar tidur, para peneliti merangsang mereka dengan visual dan getaran kepiting untuk mengukur respons mereka. Respon hewan yang tertunda atau kurangnya umpan balik menunjukkan bahwa mereka memang tertidur selama tahap tenang dan aktif.
Penulis tidak tahu apakah gurita dalam studi 'iScience' ini sedang bermimpi, bahkan pada manusia, mimpi sulit dipelajari. Tetapi, karena keadaan tidur 'aktif' pada gurita biasanya hanya berlangsung hingga satu menit.
"Jika selama keadaan ini ada mimpi yang terjadi, itu harus lebih seperti klip video kecil, atau bahkan gif," jelas penulis utama Medeiros dalam sebuah pernyataan.
Salah satu batasan penelitian, lanjut Ribeiro adalah, mereka hanya mempelajari empat hewan. Selanjutnya, cara terbaik untuk mengukur aktivitas otak adalah dengan menggunakan elektroensefalografi, atau EEG, yang memerlukan penempatan atau pemasangan elektroda sementara di kepala.
Tapi, itu sulit dilakukan dengan gurita, yang kepalanya licin dan tanpa tulang, dan yang cenderung mencabut aksesori yang tidak diinginkan. Jadi tim tidak dapat mengukur aktivitas otak yang dapat memberikan konfirmasi lebih lanjut dari temuan mereka. "Ini juga merupakan batasan dalam penelitian kami," tukas Frank.
Setiap kali suatu sifat berevolusi secara independen, seperti mata atau sayap, "itu sangat menarik, karena itu benar-benar memberi tahu Anda sesuatu tentang mengapa adaptasi itu terjadi sejak awal," tandasnya.
Baca juga:
- Siapa Alan Turing, Gay Pemecah Kode Enigma Nazi di Uang 50 Poundsterling Baru
- Reruntuhan Toilet Umum 'Canggih' Ditemukan di Istana Dinasti Joseon
- Arkeolog Temukan Jejak 25 Tempat Tinggal Zaman Neolitik di Dekat Seoul
- Pemerintah Korea Selatan Tetapkan Dua Bangunan Peninggalan Dinasti Joseon Sebagai Cagar Budaya
"Dalam hal tidur, ini sangat mengasyikkan, karena kita tidak begitu memahami fungsi tidur," sambungnya.
Ditambahkan olehnya, fakta bahwa pengalaman seperti R.E.M. ini juga ada pada gurita, kata Frank, menunjukkan bahwa keadaan ini pasti melakukan sesuatu yang penting dan memahaminya dapat membantu mengungkap misteri mengapa kita tidur.