COVID-19 Menggila, Myanmar Catat Rekor Kasus Infeksi Harian Sejak Kudeta Militer
JAKARTA - Myanmar mengalami lonjakan kasus infeksi COVID-19, setelah mencatat rekor kasus infeksi harian lebih dari 300 infeksi pada Hari Minggu 14 Juni kemarin.
Melansir The Irrawaddy Senin 14 Juni, Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar mencatat 373 kasus infeksi baru COVID-19 di Myanmar kemarin, lonjakan harian terbesar sejak kudeta rezim militer Myanmar 1 Februari silam.
Lonjakan ini menandai babak baru gelombang infeksi COVID-19 di Negeri Seribu Pagoda, dengan peningkatan terjadi di daerah pinggiran. Sebelumnya, rekor lonjakan infeksi harian tercatat sebesar 212 kasus pada 4 Juni lalu.
Hingga Hari Minggu kemarin, Myanmar mencatat total 145.603 kasus infeksi COVID-19, dengan 3.244 kematian dan 132.928 pemulihan.
Dalam laporan kemarin, lonjakan kasus infeksi COVID-19 terjadi di dekat perbatasan India, tepatnya di Kotapraja Kale dan Tamu di Wilayah Sagaing. Serata di Kotapraja Tonzang dan Falam di Negara Bagian Chin.
Sejak pekan lalu, sekitar 20 hingga 70 kasus virus corona dilaporkan setiap hari di Wilayah Sagaing. Sebagian besar kasus dilaporkan di Kotapraja Kale dan Tamu, di bagian barat wilayah besar tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan dan Olahraga yang dikendalikan militer, sekitar 15 hingga 50 kasus COVID-19 telah dilaporkan di Kale sejak awal Juni, sementara Kotapraja Tamu telah melaporkan antara 11 dan 40 kasus per hari.
Kantor berita Zalen mengatakan, sekitar 32 orang telah meninggal karena COVID-19 di Kale bulan ini. Sehingga, pemerintah kotapraja memberlakukan penguncian dan perintah tinggal di rumah sejak 2 Juni.
Penguncian diperketat, setelah dua pendeta Kristen, berusia 43 dan 53 tahun, meninggal karena COVID-19 di Kale pada Hari Minggu.
Sementara itu, Departemen Kesehatan Masyarakat di Hakha, Negara Bagian Chin mencatat sekitar 480 kasus COVID-19 dilaporkan di negara bagian tersebut antara 19 Mei dan 11 Juni.
Rinciannya, sekitar 337 kasus COVID-19 dan 10 kematian, jumlah tertinggi di negara bagian tersebut, dilaporkan di Kotapraja Tonzang. Ada pun Kotapraja Falam melaporkan 128 kasus COVID-19 dan satu kematian.
Lima dari sembilan kotapraja di Negara Bagian Chin, Tonzang, Hakha, Tedim, Falam dan Thantlang, berada di bawah perintah kementerian kesehatan untuk tinggal di rumah.
"Tonzang menghadapi kekurangan obat-obatan dan ventilator untuk pasien COVID-19," kata seorang pejabat kesehatan kotapraja baru-baru ini kepada The Irrawaddy.
Surat kabar yang berafiliasi dengan militer Myanma Alinn pada 12 Juni menyebutkan, rezim telah memasok alat tes antigen COVID-19 yang cukup, tabung oksigen, peralatan pelindung dan obat-obatan di Kale.
Baca juga:
- Ada Lonjakan Infeksi Varian Delta, Akhir Pembatasan COVID-19 di Inggris Berpotensi Ditunda
- 165 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas dalam Bentrokan di Negara Bagian Chin
- Ketua Dewan HAM PBB Sebut Rezim Militer Myanmar Harus Dimintai Pertanggungjawaban
- Media Militer Myanmar Tuduh Etnis Bersenjata Bunuh 25 Pekerja dan Culik 47 Orang Lainnya
Untuk diketahui, sejak kudeta, rezim militer Myanmar telah berjuang untuk mempertahankan pencegahan, pengendalian, dan perawatan COVID-19 karena ribuan staf medis pemerintah dan banyak sukarelawan menolak bekerja untuk rezim dan bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).
Kementerian kesehatan di bawah kendali militer dilaporkan telah melakukan sekitar 1.500 hingga 2.000 tes COVID-19 per hari. Sementara, saat kepemimpinan pemerintahan sipil yang digulingkan, Myanmar mampu mencatat tes COVID-19 harian antara 16.000 hingga 18.000 tes.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.