Kewalahan Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19, Rezim Militer Myanmar Minta Bantuan Internasional
Ilustrasi COVID-19. (Wikimedia Commons/Mstyslav Chernov)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas rezim militer Myanmar sedang mencari bantuan dari komunitas internasional untuk mengatasi virus corona, media pemerintah mengatakan Rabu (28 Juli), saat gelombang ketiga COVID-19 mengguncang negara tersebut.

Sistem kesehatan Myanmar yang sudah terguncang sejak kudeta militer 1 Februari lalu, lantaran aksi protes staf medis menolak kudeta, berada dalam tekanan hebat gelombang ketiga COVID-19 tanpa peralatan yang memadai.

Perintah tinggal di rumah yang dikeluarkan rezim militer Myanmar gagal menghentikan lonjakan kasus infeksi COVID-19, dengan antrian di kuburan serta krematorium menggambarkan memprihatinkannya pandemi di Myanmar.

Mengutip CNA Rabu 28 Juli, pemimpin rezim militer Myanmar Min Aung Hlaing pada rapat koordinasi untuk meningkatkan kerja sama dengan masyarakat internasional mengatakan, Myanmar harus mencari uang dari dana tanggapan COVID-19 yang dibentuk oleh ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).

Upaya untuk memenuhinya sedang dilakukan untuk bekerja dengan ASEAN, serta mencari bantuan dari negara-negara sahabat, sebut kabar yang berafiliasi dengan rezim Global New Light of Myanmar melaporkan, tanpa memberikan rincian.

Mencatat kasus infeksi harian baru di bawah 5.000 kasus pada Rabu kemarin, naik dari sekitar 50 kasus per hari pada awal Mei, banyak analis meyakini jumlah korban infeksi COVID-19 di Myanmar sebenarnya jauh lebih tinggi.

Sebagai salah satu upaya penanggulangan, sekitar 1,75 juta orang sejauh ini telah divaksinasi menurut Dewan Administrasi Negara (SAC) bentukan militer, seperti yang disebut oleh rezim militer, dari total populasi Myanmar yang mencapai 54 juta.

Pekan lalu sejumlah dosis vaksin COVID-19 Sinopharm yang disumbangkan tiba dari China, kata otoritas junta, tetapi mereka akan diprioritaskan untuk mereka yang tinggal di sepanjang perbatasan China-Myanmar.

China juga telah memasok lebih dari 10.000 dosis vaksin COVID-19 ke perlawanan sipil yang beroperasi di dekat perbatasan selatannya di Myanmar, saat Beijing berusaha menghentikan masuknya pengungsi dari negara yang dilanda kudeta.

Sebelumnya, rezim militer menyebut telah memesan sekitar empat juta dosis vaksin COVID-19 dari China awal bulan ini. Selain, Beijing juga disebut akan menyumbangkan dua juta dosis lagi kepada Myanmar.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.