JAKARTA - Myanmar sedang bernegosiasi untuk membeli tujuh juta dosis vaksin Sputnik COVID-19 Rusia, saat rezim militer Myanmar tengah berjuang untuk mengatasi gelombang baru infeksi virus corona.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, Pemimpin Rezim Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan, pihaknya berencana membeli tujuh juta dosis vaksin dari Rusia, setelah semula hanya berencana membeli dua juta dosis.
"Kami telah melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak dari Rusia," kata Min Aung Hlaing seperti mengutip Reuters Kamis 1 Juli, kendati tidak dijelaskan vaksin yang dibeli apakah Sputnik V atau vaksin Sputnik Light single-shot.
Min Aung Hlaing yang baru kembali dari kunjungannya ke Moskow, Rusia mengatakan, India yang semula menjadi pemasok vaksin COVID-19 terbesar untuk Myanmar, kini tidak dapat memberikan lebih banyak dosis karena lonjakan wabah di negara tersebut.
"China juga telah mengirimkan beberapa vaksin dan kami juga telah menggunakannya. Kami juga akan melanjutkan negosiasi dengan China," sambungnya.
Tetapi infeksi yang dilaporkan telah melonjak bulan ini, meningkatkan kekhawatiran akan gelombang yang jauh lebih besar. Banyak dari infeksi baru telah dilaporkan dari dekat perbatasan dengan India.
Beberapa ahli kesehatan mengatakan tingkat infeksi sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi, mengingat kegagalan pengujian sejak kudeta 1 Februari.
Sementara itu, mengutip The Irrawaddy, Myanmar menghadapi gelombang ketiga COVID-19, dengan rekor kasus infeksi harian sebanyak 1.312 kasus pada Selasa lalu. Angka ini naik jauh dibanding sebelum 12 Juni yang kenaikkan harian kurang dari 200 kasus.
"Gelombang ketiga terjadi secara perlahan dengan peningkatan tingkat (tes positif) menjadi sekitar 10 persen," sebut Min Aung Hlaing seperti dikutip dari wawancara dengan RIA.
Melansir data Worldometers, Myanmar mencatat total kasus infeksi COVID-19 sebanyak 157.277, dengan 3.334 orang meninggal dan 136.443 dinyatakan sembuh sejak pandemi berlangsung tahun lalu.
Untuk diketahui, rezim militer Myanmar telah memberlakukan perintah tinggal di rumah di 11 kotapraja, meliputi Tamu dan Kale di Wilayah Sagaing; Tonzang, Hakha, Tedim, Falam dan Thantlang di Negara Bagian Chin; Letpadan dan Phyu di Wilayah Bago serta Lashio dan Laukkai di Negara Bagian Shan bagian utara.
BACA JUGA:
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.