Bagikan:

JAKARTA - Sekitar 44 tentara rezim militer Myanmar tewas dalam bentrokan bersenjata selama tiga hari, melawan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) di dua kotapraja Wilayah Sagaing timur, menurut anggota perlawanan setempat.

PDF mengklaim korban terjadi di kotapraja Htigyaing dan Katha. Penduduk setempat mengatakan, anggota Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) telah memberikan dukungan kepada perlawanan lokal. Mengutip Myanmar Now 29 Juni, klaim kolaborasi ini belum dapat diverifikasi.

PDF Kotapraja Htigyaing mengumumkan pada Hari Senin 28 Juni, jika pada Sabtu malam mereka telah menyerang konvoi tentara Myanmar di Jalan Maw Kun Taung Yoe, yang mengakibatkan kematian 14 personel tentara dan melukai tujuh lainnya.

Seorang warga Htigyaing mengatakan itu menandai pertempuran pertama di kotapraja itu sejak kudeta 1 Februari.

"Tidak ada pasukan yang berbasis di Htigyaing. Mereka hanya datang ke sini untuk alasan keamanan. Mereka datang dan pergi, hanya tinggal selama dua hingga tiga hari, cukup lama sekarang," kata penduduk setempat.

Serangan PDF pada konvoi mereka, dia berspekulasi, merupakan konsekuensi dari pasukan rezim militer menyerbu desa-desa.

"Sebelum pertempuran ini, seorang pemuda dari Htigyaing dibunuh yang menyebabkan kebencian yang cukup kuat terhadap militer," ungkapnya. 

Terpisah, Katha PDF menyatakan bahwa pertempuran pecah di kotapraja mereka, hampir 100 km timur laut Htigyaing, antara mereka dan militer di dekat desa Shwe Kyaung Kone di desa Moetar, pada 24 Juni. Dilaporkan ada 30 korban di pihak militer.

Meskipun ada beberapa laporan lokal tentang etnis bersenjata KIA yang bergabung dalam pertempuran sebagai sekutu PDF, petugas informasi Kachin Independence Army (KIA) Kolonel Naw Bu mengatakan kepada, pihaknya tidak memberi perintah seperti itu kepada pasukan mereka, tetapi ada kemungkinan tentara KIA memutuskan secara individu untuk bergabung.

"Pasti penduduk setempat dan pasukan Kachin di dekatnya (terlibat dalam bentrokan). Makanya belum ada pengumuman resmi yang mengatasnamakan KIA,” ujarnya.

Karena KIA diketahui beroperasi di wilayah tersebut, banyak penduduk Kachin percaya bahwa KIA telah terlibat dalam bentrokan baru-baru ini.

"Dulu mereka beroperasi di Katha dan Banmauk. KIA baru saja kembali beroperasi di sana sekarang," seorang pengamat lokal di Myitkyina, ibu kota Negara Bagian Kachin, mengatakan kepada Myanmar Now

"Saya tidak sepenuhnya yakin KIA sudah sampai di Htigyaing. Ada markas KIA di Katha, jadi sudah pasti mereka terlibat dalam pertarungan di sana," sambungnya.

KIA mengutuk kekerasan militer terhadap warga sipil setelah kudeta militer 1 Februari, terlibat dalam pertempuran melawan angkatan bersenjata rezim di Kachin dan negara bagian Shan utara. Ini termasuk serangan KIA di pangkalan dan pos militer dan di kantor polisi.

Sebelum bentrokan pada akhir Juni, pertempuran juga pecah antara Katha PDF dan militer dan polisi pada 30 Mei, diduga mengakibatkan delapan korban dan 10 tentara terluka di pihak junta. Lima anggota KPDF juga dilaporkan tewas dalam pertempuran tersebut.

Sementara, sembilan belas orang telah ditahan oleh rezim dan lima tewas di Kotapraja Katha sejak kudeta pada Senin. Angkatan bersenjata rezim militer Myanmar sebagian besar telah memfokuskan serangan mereka di Sagaing pada benteng perlawanan anti-kudeta di kota-kota Yinmabin, Kani, Monywa dan Taze, yang menurut penduduk setempat telah mengakibatkan perlawanan tumbuh di daerah lain di wilayah tersebut.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.