Bentrok Senjata dengan Aliansi PDF dan Etnis Bersenjata KIA, 180 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas
Ilustrasi tentara etnis bersenjata KIA. (World Policy.Org/Diana Markosian)

Bagikan:

JAKARTA - Pejuang Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) di Wilayah Sagaing mengatakan berhasil menewaskan 180 tentara rezim militer Myanmar, dalam pertempuran selama lima hari pekan lalu bersama dengan etnis bersenjata Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA). 

Rezim militer membombardir pangkalan sementara aliansi PDF/KIA dengan jet tempur, sementara pejuang aliansi menenggelamkan kapal militer dengan peluncur roket dan meledakkan truk personel dengan ranjau darat, kata cabang lokal PDF dalam sebuah pernyataan pada Hari Jumat, seperti mengutip Myanmar Now Senin 12 Juli.

Pertempuran dimulai Senin lalu di kota-kota tetangga Katha dan Shwebu, yang berada di dekat perbatasan Sagaing dengan Negara Bagian Kachin dan terletak di sepanjang Sungai Ayeyarwady.

Pejuang aliansi mengatakan, tiga dari pihak mereka tewas sementara tiga lainnya hilang dalam aksi. Meskipun menimbulkan banyak korban di Tatmadaw (militer Myanmar), mereka mengatakan terpaksa mundur karena serangan udara pada Hari Jumat. Tidak ada korban jiwa dari serangan udara tersebut, kata Katha PDF.

PDF mengatakan, aliansi menangkis serangan oleh batalyon Tatmadaw 304 dan 309 dekat desa Myohla di Shwegu. Katha PDF bertempur di bawah kepemimpinan batalyon kelima Brigade 8 KIA.

Sepuluh tentara Tatmadaw tewas oleh ranjau darat pada hari pertama pertempuran, sementara aliansi itu membunuh 60 lainnya ketika menembakkan RPG ke dua kapal militer di jalur air Kout Kwae, yang mengalir ke Sungai Ayeyarwady di Shwegu, kata pernyataan itu.

Kemudian pada Hari Rabu lebih dari 30 tentara, termasuk seorang perwira, tewas dalam empat ledakan ranjau darat yang berbeda, sebut pihak PDF.

Pertempuran meningkat pada Hari Jumat, ketika bala bantuan Tatmadaw tiba melalui darat dan udara, kata pernyataan itu. Tetapi, aliansi berhasil menahan serangan itu, menewaskan sekitar 50 tentara dan melukai 70 lainnya.

30 tentara lainnya tewas pada hari yang sama dalam serangan ranjau terhadap dua kendaraan yang membawa bala bantuan di dekat desa Paw Ma Myaing di Katha, ungkap PDF.

Seorang penduduk dari daerah tersebut mengatakan kepada Myanmar Now, mereka mendengar sekitar 20 ledakan selama pertempuran Paw Ma Myaing serta suara tembakan senapan mesin.

"Kendaraan itu mungkin membawa bala bantuan ke Shwegu dan Myohla setelah menembaki pertempuran di sana sehari sebelumnya," kata penduduk tersebut.

Selain itu, ada juga pertempuran pada Sabtu pagi, meskipun tidak ada rincian lebih lanjut yang tersedia pada saat pelaporan.

Seorang warga lokal yang tinggal di dekat pangkalan PDF/KIA mengatakan, serangan udara menghancurkan menara telepon di Myohla selama pertempuran.

"MPT adalah satu-satunya penyedia layanan telekomunikasi yang tersedia di Myohla dan karena itu telah dihancurkan, tidak ada telepon rumah yang berfungsi lagi," kata penduduk setempat. 

"Itu adalah serangan udara oleh militer. Kami tidak tahu pasti apakah mereka menargetkan menara atau hanya kerusakan tambahan. Karena serangan udara termasuk empat jet, pasukan aliansi terpaksa mundur dari Myohla pagi ini," ungap penduduk setempat pada Hari Sabtu.

Rezim militer Myanmar menguburkan mayatnya di jalur desa Moe Tar Gyi dan Moe Tar Lay, dekat desa Oak Chay, Myohla, Mat Tine, Namsang dan Subote Kone. Sementara yang terluka dibawa pergi dengan perahu, tambahnya.

KIA belum mengomentari pengumuman PDF, dan petugas informasinya, Kolonel Naw Bu, tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Setelah pasukan PDF membunuh puluhan tentara Tatmadaw di Sagaing bulan lalu, ada laporan bahwa KIA telah membantu para pejuang perlawanan. 

Pada saat itu Kolonel Naw Bu mengatakan kepada Myanmar Now, kepemimpinan etnis bersenjata KIA tidak memberikan perintah resmi untuk mendukung pejuang PDF di Sagaing, tetapi ada kemungkinan pasukan berpangkat lebih rendah memutuskan untuk membantu.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.