Kontak Senjata Selama Tiga Hari, Rezim Militer Myanmar Gagal Taklukan Negara Bagian Chin
Pengungsi dari Negara Bagian Chin. (Twitter/@MinoritiesB)

Bagikan:

JAKARTA - Bentrokan antara pasukan rezim dan pejuang perlawanan lokal di Kota Kanpetlet, Negara Bagian Chin selatan terjadi sejak Jumat hingga Minggu kemarin, menurut juru bicara Chinland Defense Force (CDF).

Pertempuran pecah pada Hari Jumat di desa Makyar, sekitar 32 km dari Kanpetlet. Sejak itu, pejuang perlawanan lokal telah melakukan penyergapan terhadap pasukan bala bantuan junta di dekat kaki Gunung Victoria yang terkenal, jelas juru bicara tersebut.

"Kami telah mengerahkan beberapa pasukan keamanan untuk melindungi pengungsi lokal di Makyar. Banyak pasukan rezim berbaris menuju desa dan kami mengalami bentrokan langsung," katanya seperti melansir Myanmar Now Minggu 30 Mei. 

Dia menambahkan, pihak militer telah menderita korban tetapi tidak dapat memberikan jumlah pasti. Tidak ada korban di pihak lokal, katanya. Sementara, rezim militer Myanmar belum membuat pengumuman resmi yang mengakui pertempuran di Kanpetlet.

Diketahui, sekitar 2.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam beberapa hari terakhir karena bentrokan tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di media sosial, CDF di Kanpetlet memperingatkan siapa pun di kota itu yang bukan warga lokal untuk pergi pada hari Sabtu.

“Anehnya kota ini sepi sekarang. Ini tidak normal. Hanya beberapa toko yang buka. Sekitar setengah dari populasi telah meninggalkan kota," sebut sumber setempat. 

"Setelah orang-orang meninggalkan rumah mereka, pasukan rezim menjarah properti dari rumah-rumah kosong mereka," tutur penduduk setempat.

Pejuang perlawanan anti-junta di Negara Bagian Chin, yang dipersenjatai dengan senjata rakitan seperti senapan berburu dan bahan peledak, telah menggunakan taktik gerilya untuk melawan pasukan rezim. 

Sementara, rezim militer Myanmar  menggunakan senjata berat seperti senjata otomatis dan peluncur roket untuk melawan pejuang lokal.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.