Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 40 tentara dan polisi rezim militer Myanmar tewas dalam bentrokan bersenjata terbaru dengan pejuang perlawanan sipil di Hakha dan Falam, Negara Bagian Chin. 

Korban terbanyak jatuh saat Pasukan Pertahaan Chinland (CDF) cabang Hakha menyerang Kantor Polisi Bonzum pada Selasa pagi, setelah baku tembak selama lima jam antara CDF dengan tentara dan polisi Myanmar. Satu pejuang CDF terluka dalam bentrokan itu, tambah kelompok itu.

"Serangan itu merupakan tanggapan terhadap pembalakan liar oleh kepolisian setempat di daerah tersebut, dukungannya terhadap kediktatoran militer dan ancamannya terhadap masyarakat umum," kata seorang juru bicara CDF mengutip Myanmar Now Kamis 1 Juli.

"Situasi sudah tenang sekarang. Tapi kemarin malam mereka mengambil mayat mereka yang mati dan menjemput personel mereka yang terluka," sambung juru bicara tersebut sambil menyebut sekitar 40 tentara dan polisi dengan dua truk dikerahkan ke daerah itu setelah bentrokan.

Terpisah, CDF juga terlibat baku tembak dengan pasukan rezim militer Myanmar selama dua jam di Falam. CDf setempat menyebut, sekitar 20 pasukan rezim militer tewas dan melukai banyak lainnya. 

"Empat anggota CDF tewas dan tiga lainnya terluka," ungkap CDF cabang Falam dalam sebuah pernyataan.

Setelah pertempuran sengit di Mindat, rezim mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pejuang CDF di sana pada 23 Juni. Puluhan ribu orang mengungsi di kotapraja di tengah pertempuran bulan lalu.

Menurut CDF, militer Myanmar menderita banyak korban di tangan penduduk setempat, yang akrab dengan daerah pegunungan negara dan terlatih dalam menembakkan senapan berburu.

"Situasi saat ini di Hakha adalah jumlah korban tewas dari pihak dewan militer telah meningkat menjadi 56 sejak 2 Mei. Dan, 215 anggota pasukan junta telah terbunuh di seluruh Negara Bagian Chin." terang juru bica kelompok tersebut.

"Dari pihak CDF, jika korban di Falam ditambah, maka total 35 anggota CDF yang tewas," lanjut juru bicara tersebut. Myanmar Now tidak dapat secara independen mengkonfirmasi jumlah korban dari pertempuran di Negara Bagian Chin.

Dia menambahkan bahwa pertempuran kemungkinan akan berlanjut dan mendesak masyarakat untuk waspada, menghindari berbagi berita yang tidak berdasar di media sosial.

Untuk diketahui, Negara Bagian Chin menjadi salah satu benteng perlawanan gerilya terhadap rezim militer Myanmar. Warga sipil juga telah mengangkat senjata untuk menyerang sasaran rezim di Kanpetlet, Thantlang, dan Tedim.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.