JAKARTA - Pasukan rezim militer Myanmar telah membakar setidaknya 6.158 rumah warga sipil dalam 13 bulan sejak melancarkan kudeta, sebagian besar di daerah di mana perlawanan anti-rezim paling kuat. Wilayah Sagaing menderita hampir 60 persen dari kerusakan, menurut kelompok penelitian independen Data untuk Myanmar.
Rumah-rumah dibakar di 165 tempat secara nasional dari 1 Februari 2021 hingga 1 Maret tahun ini, kata Data for Myanmar dalam laporan terbarunya, seperti melansir The Irrawaddy 3 Maret.
Pertempuran antara pasukan rezim dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) berlanjut di seluruh negeri, terutama di Negara Bagian Chin, Kayah, Karen dan Kachin serta wilayah Sagaing, Magwe, Mandalay dan Yangon. Pasukan perlawanan menggunakan taktik gerilya dan telah menimbulkan banyak korban pada pasukan junta.
Sebagai pembalasan, pasukan rezim semakin melakukan serangan membabi buta terhadap warga sipil, termasuk serangan udara dan artileri, pembunuhan dan pembantaian sewenang-wenang, membakar orang hidup-hidup, menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, serta menjarah dan membakar rumah.
Serangan pembakaran junta di rumah-rumah warga sipil dimulai pada Mei tahun lalu, dan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Bulan lalu saja, 2.882 rumah dibakar, yang hampir setengah dari semua properti dibakar sejak kudeta. Pada Bulan Januari, 1.059 rumah hancur dalam serangan pembakaran, sementara 960 rumah dibakar pada Bulan Desember dan 384 rumah pada Bulan November.
Properti dihancurkan baik dalam serangan udara dan artileri atau dibakar oleh tentara rezim dan milisi pro-junta Pyu Saw Htee.
Pada Hari Rabu, Desa Moekaung di Kotapraja Yinmabin Wilayah Sagaing dibakar, menyusul bentrokan antara PDF dan pasukan junta, menurut seorang anggota PDF lokal yang berbicara dengan syarat anonim.
"Pertempuran meningkat kemarin (Rabu) dan berlanjut hingga malam. Pasukan Junta membakar beberapa rumah dan menangkap beberapa warga sipil juga. Beberapa penduduk desa juga terluka. Orang-orang harus melarikan diri ke hutan," katanya kepada The Irrawaddy.
Desa Moekaung terletak tepat di sebelah utara Desa Thapyayaye, yang benar-benar dibakar dalam serangan junta pada 28 Februari yang juga menewaskan dua warga sipil.
"Seorang wanita tua di Thapyayaye yang tidak bisa melarikan diri terbakar sampai mati bersama dengan rumah-rumah desa. Seorang pria ditembak mati dari helikopter," ungkap seorang warga Yinmabin.
Sementara itu, setidaknya sebelas penduduk desa Thapyayaye ditangkap, menurut sebuah pernyataan pada Hari Kamis dari Myauk Yamar PDF.
Pada Bulan Februari, setidaknya 30 tentara junta tewas dan lebih dari 50 terluka dalam 17 bentrokan terpisah dengan PDF lokal, sementara dua pejuang PDF tewas dan lima terluka, sebut Myauk Yamar.
"Tentara Junta menderita banyak korban dari serangan gerilya dan ranjau kami. Kami bahkan tidak perlu menggunakan peluru. Ketika mereka kalah, mereka menargetkan warga sipil yang tidak bersalah," tambah anggota PDF tersebut.
"Mereka tidak mengerti bagaimana orang harus berjuang untuk bertahan hidup, jadi mereka tidak peduli dengan orang-orang. Mereka menganggap penduduk desa dan desa sebagai perlawanan terhadap mereka. Rumah-rumah penduduk desa dibakar tanpa alasan dan orang-orang harus memulai kembali kehidupan mereka dari nol ketika rumah mereka dihancurkan," paparnya.
Terpisah, orang-orang dari sekitar selusin desa, termasuk desa Thapyayaye dan Chin Pone, di Yinmabin dan Kotapraja Kani di dekatnya terpaksa meninggalkan rumah mereka, menurut penduduk Yinmabin.
Di Thantlang Negara Bagian Chin, pasukan rezim membakar lebih dari 1.000 rumah dalam 26 serangan yang dilaporkan sejak September. 101 rumah terbakar selama dua hari pada tanggal 25 dan 27 Februari, kata Komite Urusan Penempatan Thantlang-IDPs, sebuah organisasi lokal yang membantu orang-orang yang mengungsi dari Thantlang, dalam sebuah pernyataan pada Hari Selasa. Diketahui, kota puncak gunung Thantlang sebelumnya memiliki sekitar 2.700 rumah.
Kemudian, sekitar 20 rumah di Kotapraja Yesagyo Magwe juga dibakar oleh junta pada 26 Februari, setelah PDF lokal dilaporkan menyita sebuah wadah minyak yang berafiliasi dengan junta di daerah tersebut.
Secara total, rezim militer Myanmar telah membakar 3.689 rumah warga sipil di Wilayah Sagaing, 1.032 di Negara Bagian Chin, 885 di Wilayah Magwe dan 311 rumah di Negara Bagian Kayah, serta lusinan lainnya di Negara Bagian Shan selatan, Negara Bagian Karen dan Mandalay, Tanintharyi dan Bago, menurut Data untuk Myanmar.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, kelompok peneliti mengumpulkan informasi mereka dari laporan media, kelompok hak asasi lokal dan organisasi pengungsi. Namun, Data untuk Myanmar tidak menyertakan informasi yang belum diverifikasi, sehingga jumlah rumah yang dibakar sebenarnya mungkin lebih tinggi dari angka yang dilaporkan.
Adapun juru bicara rezim militer membantah kepada media, bahwa junta tidak melakukan serangan pembakaran terhadap rumah-rumah warga sipil.
Hingga hari Rabu, pasukan junta juga telah membunuh 1.590 warga sipil dan menahan hampir 12.500 orang sejak kudeta.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus menyatukan situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.