Bagikan:

JAKARTA - Mandiri Institute menyebutkan jika sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lebih aktif memasarkan produk niaganya di laman media sosial (medsos) ketimbang di situs marketplace.

Hal tersebut terungkap saat lembaga pemikir (think tank) PT Bank Mandiri Tbk. itu melakukan survei beberapa waktu lalu. Disebutkan bahwa media sosial masih menjadi platform pilihan pengusaha UMKM dalam melakukan pemasaran dan penjualan dengan rasio 40 persen.

Diikuti kemudian oleh instant messaging 38 persen, platform marketplace atau e-commerce 13 persen, dan platform ride hailing (gojek/grab) 5 persen.

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan meski telah banyak UMKM yang memanfaatkan saluran daring sebagai kendaraan berbisnis namun pemanfaatan instrumen keuangan digital dianggap masih cukup minim.

“Penggunaan saluran penjualan online cukup besar, namun tidak banyak UMKM yang menggunakan pembayaran digital untuk usahanya,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 Juni.

Dalam temuannya, Teguh membeberkan jika hanya 24 persen usaha yang menggunakan layanan dompet digital (e-wallet) dalam bertransaksi usaha. Mayoritas usaha, sebesar 51 persen tidak menggunakan saluran transaksi nontunai, seperti melalui e-wallet dan EDC (electronic data capture).

Adapun, survei yang dilakukan oleh Mandiri Institute melibatkan 505 responden pada Maret-April 2021. Diketahui bahwa 53 persen responden mempunyai akses promosi dan penjualan digital, sisanya 47 persen hanya melakukan secara offline.

Lebih lanjut, Teguh menjelaskan UMKM membutuhkan waktu minimal dua bulan untuk memulai kembali usahanya setelah tutup akibat terdampak pandemi COVID-19.

“Mayoritas usaha optimis ekonomi membaik pada 2021, namun dibutuhkan waktu setidaknya enam bulan untuk kembali normal,” tutup dia.