Jelang Bertemu Joe Biden, Moon Jae-in Sebut Saatnya Bertindak Soal Nuklir dan Rudal Korea Utara

JAKARTA - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan tahun terakhir pemerintahannya, sebagai kesempatan terakhir untuk mencapai perdamaian abadi dengan Korea Utara.

Selain itu, Presiden Moon juga menyebut sudah saatnya untuk mengambil tindakan terkait program rudal dan nuklir Korea Utara, di tengah mandeknya pembicaraan kedua hal tersebut. 

Hal ini disampaikan oleh Presiden Moon, dalam pidato menandai tahun keempat keprsidenannya, Senin 10 Meni, sekaligus jelang pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 21 Mendatang.

Presiden Korea Selatan diperkirakan akan mendorong Amerika Serikat untuk menjalin hubungan dengan Korea Utara, meskipun Biden menunjukkan sedikit minat untuk menjadikan Korea Utara sebagai prioritas utama.

"Saya akan menganggap sisa satu tahun masa jabatan saya sebagai kesempatan terakhir untuk bergerak, dari perdamaian yang tidak lengkap menuju perdamaian yang tidak bisa diubah," ujarnya, melansir Reuters, Senin 10 Mein. 

"Sekarang, waktu untuk musyawarah yang lama juga akan segera berakhir. Ini saatnya untuk mengambil tindakan," lanjut Presiden Moon Jae-in

Pemerintahan Biden mengatakan tawarannya ke Pyongyang belum dijawab. Selain itu, Amerika Serikat juga baru menyelesaikan tinjauan kebijakan yang menyerukan pendekatan praktis, dalam menggunakan diplomasi untuk menemukan tujuan yang dapat dicapai untuk akhirnya membujuk Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya.

Moon mengatakan, dia menyambut baik kesimpulan dari tinjauan kebijakan sekaligus menunjukkan, kebuntuan saat ini dalam dialog tidak diinginkan.

Kendati demikian, Presiden Joe Biden belum menunjukkan tanda-tanda pelonggaran sanksi terhadap Korea Utara, yang telah menghambat upaya Moon untuk meluncurkan proyek ekonomi dan pariwisata dua Korea Utara. Gedung Putih pun belum menunjuk utusan khusus untuk menangani masalah tersebut.

Dalam pidatonya, Moon mengatakan dia tidak berpikir Korea Utara menolak dialog, melainkan menunggu untuk menilai lebih lanjut kebijakan Amerika Serikat.

Meskipun tiga KTT antar-Korea dan dua KTT Korea Utara-AS sejak tahun 2018 tidak menyelesaikan masalah nuklir, hal tersebutr membantu meredakan ketegangan dan menjaga perdamaian, dan membuktikan bahwa diplomasi adalah kuncinya, katanya.

"Jika ada kesempatan untuk memulai kembali jam perdamaian dan memajukan proses perdamaian di Semenanjung Korea, saya akan melakukan semua yang saya bisa. Saya berharap Korea Utara menanggapi secara positif." tukasnya.

Pemerintah Korea Utara sendiri secara konsisten mengkritik dan mengejek Korea Selatan. Tahun lalu, mereka meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang dibangun di wilayahnya sendiri.