Bagikan:

JAKARTA - Komisi Eropa meminta Amerika Serikat dan produsen vaksin COVID-19 untuk mengekspor vaksin mereka, seperti halnya yang dilakukan oleh Uni Eropa, dibanding berbicara tentang pembebasan hak kekayaan intelektual atas vaksin. 

Ini disampaikan oleh Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada konferensi pers di sela-sela pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa, diskusi tentang pengesampingan hak kekayaan intelektual tidak akan menghasilkan satu dosis vaksin COVID-19 dalam jangka pendek hingga menengah.

“Kita harus terbuka untuk memimpin diskusi ini. Tapi ketika kita memimpin diskusi ini, perlu ada pandangan 360 derajat tentangnya karena sekarang kita membutuhkan vaksin untuk seluruh dunia,” ujarnya, melansir Euronews, Sabtu 8 Mei.

"Uni Eropa adalah satu-satunya wilayah benua atau demokratis di dunia ini yang mengekspor dalam skala besar," lanjut von der Leyen.

Lebih jauh von der Leyen menerangkan, sekitar 50 persen dari vaksin virus corona yang diproduksi di Eropa diekspor ke hampir 90 negara, termasuk yang ada dalam program COVAX yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Dan kami mengundang semua pihak yang terlibat dalam perdebatan pengabaian hak kekayaan intelektual juga, bergabung dengan kami berkomitmen untuk bersedia mengekspor sebagian besar dari apa yang diproduksi di wilayah itu," paparnya.

Menurutnya, hanya produksi yang lebih tinggi, menghilangkan hambatan ekspor dan berbagi vaksin yang sudah dipesan dapat segera membantu memerangi pandemi COVID-19 dengan cepat.

"Jadi apa yang perlu dalam jangka pendek dan menengah, pertama-tama berbagi vaksin. Kedua, ekspor vaksin yang sedang diproduksi. Dan ketiga, investasi peningkatan kapasitas produksi vaksin," tukasnya.

Von der Leyen menambahkan, Uni Eropa telah memulai mekanisme pembagian vaksinnya, mengutip pengiriman 615.000 dosis vaksin COVID-19 ke Balkan Barat sebagai contoh.