Penduduk di Negara Ini Dapat 25 Euro Jika Mau Divaksin COVID-19
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Wikimedia Commons/Ministerio de Defensa del Perú)

Bagikan:

JAKARTA - Beragam cara dilakukan pemerintah di berbagai belahan dunia, untuk meyakinkan warganya mau menerima vaksin COVID-19. Kekhawatiran keamanan, antrean panjang, efek samping hingga keraguan akan keampuhan vaksin, membuat banyak orang enggan divaksin.

Di Serbia, pemerintah mengambil terobosan yang mampu menarik minat warganya untuk menerima vaksin COVID-19. Melansir Euronews, Kamis 6 Mei, warga akan mendapatkan penghargaan jika bersedia divaksin.

Bahkan, pengumumannya disampaikan langsung oleh Presiden Aleksandar Vucic. Penghargaannya, uang dalam jumlah yang lumayan bagi warga Serbia, yakni sekitar 3 ribu dinar atau 25 euro.

Jumlah itu setara dengan 5 persen gaji bulanan rata-rata di Serbia. Ini berlaku bagi warga berusia di atas 16 tahun yang telah menerima satu atau dua dosis vaksin COVID-19. Serta mereka yang akan divaksin sedikitnya satu dosis sebelum 31 Mei.

"Kami telah mempertimbangkan bagaimana memberi penghargaan kepada orang-orang yang telah menunjukkan tanggung jawab. Dan memutuskan untuk memberikan dukungan keuangan tambahan kepada mereka yang telah divaksinasi," kata Presiden Aleksandar Vucic di Beograd.

Ditegaskannya, mereka yang tidak divaksinasi menunjukan sikap egois dan tidak bertanggung jawab. Untuk itu, bagi karyawan sektor publik yang belum divaksin, tidak akan mendapatkan cuti jika tertular COVID-19.

Inisiatif pemerintah yang diyakini sebagai yang pertama di dunia ini, bertujuan untuk menghidupkan kembali kampanye vaksinasi COVID-19, di tengah memudarnya minat publik dan meningkatnya skeptisisme.

Sejauh ini, sekitar 22 persen dari tujuh juta penduduk Serbia telah diberikan dua suntikan, jauh lebih tinggi dari 9 persen penduduk di Uni Eropa. Tak heran, Presiden Vucic berharap Serbia telah memvaksinasi 55 persen penduduknya dengan satu dosis vaksin pada akhir Mei mendatang.

Untuk mendukung kampanye vaksinasis ini, Serbia telah membeli jutaan dosis vaksin COVID-19 dari berbagai produsen, termasuk Sputnik V Rusia dan Sinopharm China yang belum mendapatkan otorisasi penggunaan.