Cepat Menyebar dan Aktif Bermutasi, Inggris Sebut Varian COVID-19 India Jadi Perhatian
Ilustrasi COVID-19. (Wikimedia Commons/US Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Sara Eshleman)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Inggris menyebus jenis virus corona yang pertama kali ditemukan di India, sebagai varian yang menjadi perhatian, setelah penemuan sekelompok kasus infeksi di Inggris. 

Para ilmuwan yakin, varian COVID-19 yang dikenal sebagai B.1.617.2, menyebar lebih cepat daripada versi virus aslinya. Varian asli India, B.1.617, terdeteksi pada bulan Oktober tetapi Public Health England (PHE) sekarang mengkategorikan tiga subtipe, masing-masing dengan mutasi yang sedikit berbeda.

Meskipun B.1.617.2 tampaknya dapat ditularkan seperti varian Kent yang memicu sebagian besar gelombang COVID-19 kedua di Inggris, tidak ada bukti bahwa B.1.617.2 kebal terhadap vaksin saat ini.

Dr Deepti Gurdasani, ahli epidemiologi klinis dan dosen senior di Queen Mary University of London mengatakan, strain B.1.617.2 bisa menjadi strain dominan di London pada Mei jika jumlah infeksi terus meningkat.

"Dengan tingkat penggandaan saat ini (B1617.2) dapat dengan mudah menjadi dominan di London pada akhir Mei atau awal Juni," katanya kepada The Guardian, seperti dilansir The National News, Jumat 7 Mei.

Varian lain yang menjadi perhatian termasuk strain yang pertama kali diidentifikasi di Kent, Inggris tenggara, serta Afrika Selatan dan Brasil.

Dokumen PHE, tertanggal 5 Mei dan dilihat oleh The Guardian, mengatakan risiko berkelanjutan terhadap kesehatan masyarakat dari varian subtipe B.1.617.2 tinggi.

covid-19 india
Ilustrasi COVID-19. (Sumber: UNICEF/UNI41215/Rae)

PHE mengatakan, pembaruan tentang jumlah kasus yang akan dirilis pada Kamis ditunda karena masalah pemrosesan. Menurut data terbaru dari PHE, ada 193 kasus yang dikonfirmasi dari varian B1.617.1, naik 61 sejak 21 April.

Laporan pertama pada varian B.1.617.2 menunjukkan 202 kasus, dan laporan pertama pada varian B1617.3 menunjukkan lima infeksi.

Strain tersebut diyakini memicu gelombang mematikan virus corona di India, yang pada Hari Jumat melaporkan rekor infeksi di hari lain, dengan 414.188 kasus yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir. Selain itu, Kementerian Kesehatan India melaporkan 3.915 kematian, sehingga total negara itu menjadi 234.083.

Para ilmuwan mengatakan, ancaman jangka menengah dari virus tersebut belum hilang, meskipun kampanye vaksin berhasil di negara maju.

Terpisah, Kepala petugas medis Inggris Profesor Chris Whitty mengatakan, dunia akan terus mencatat jumlah kematian yang signifikan, kecuali upaya lebih dilakukan untuk memvaksinasi mereka yang rentan.

Dikatakan olehnya, sementara virus corona dapat menjadi penyakit kronis yang jauh lebih ringan dalam jangka panjang, sementara varian baru akan terus menimbulkan masalah.

"Dalam jangka menengah, prospeknya masih terlihat suram di seluruh dunia," ungkapnya dalam acara online Royal Society tentang COVID-19 pada Hari Kamis.

"Saya akan benar-benar mengulangi, sampai kita mendapatkan situasi di mana kita telah mendorong kekebalan pada mereka yang paling rentan di mana pun di dunia, kita akan terus melihat morbiditas dan mortalitas yang sangat signifikan dari virus ini," tukasnya.

Sementara, penasihat COVID-19 Pemerintah Inggris Profesor Wendy Barclay menambahkan, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan pandemi.

"Kami tidak akan memberantas virus ini. Sejauh ini menyebar ke seluruh dunia dan vaksin tidak serta merta mencegah penularan. Saya pikir kami akan hidup dengan turunan Sars-Cov-2 untuk waktu yang sangat lama," tandasnya.