Capai Kesepakatan dengan Pfizer, Uni Eropa Dapat Tambahan 1,8 Miliar Dosis Vaksin COVID-19
JAKARTA - Uni Eropa melalui Komisi Eropa mengumumkan kesepakatan dengan produsen vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech, terkait penambahan 1,8 miliar dosis vaksin.
Jumlah tersebut tidak termasuk 600 juta dosis vaksin Pfizer sebelumnya yang sudah diamankan oleh Komisi Eropa. Tambahan dosis vaksin ini akan dipakai sebagai dosis suntukan penguat.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutarakan, selain kedua kesepakatan pengadaan vaksin tersebut, pihaknya berjanji akan menghasilkan lebih banyak kontrak pengadaan.
"Dengan senang hati mengumumkan bahwa Komisi @EU baru saja menyetujui kontrak untuk jaminan 900 juta dosis (+900 juta opsi) dengan BioNTech / Pfizer untuk 2021-2023," tulis von der Leyen melalui akun Twitter resminya dar dari KTT Uni Eropa di Portugal, seperti melansir The National News, Minggu 9 Mei.
"Kontrak lain dan teknologi vaksin lainnya akan menyusul," sambung von der Leyen
Dalam unggahan berikutnya, von der Leyen menuliskan, dengan tambahan dosis vaksin ini, Uni Eropa siap untuk memperluas program vaksinasi COVID-19 untuk anak di bawa umur. Serta ekspor vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah di luar Eropa.
Untuk diketahui, BioNTech Jerman dan Pfizer dari Amerika Serikat telah meningkatkan pasokan ke Eropa dengan dosis yang diproduksi bersama. Vaksin mereka saat ini yang utama digunakan di Uni Eropa.
Setelah awal yang lambat, upaya vaksinasi Uni Eropa semakin cepat, dengan lebih dari seperempat populasinya telah menerima setidaknya satu suntikan. Uni Eropa berada di jalur yang tepat untuk memiliki 70 persen orang dewasa yang divaksinasi penuh pada akhir Juli, dan sudah dengan hati-hati membuka kembali menjelang periode liburan musim panas yang vital.
Von der Leyen diketahui mendukung strategi komisi Uni Eropa yang bertanggung jawab untuk menegosiasikan kontrak vaksin untuk semua negara anggota, meskipun kritik awal bahwa prosesnya terlalu lambat.
Sementara itu, Eropa sekarang berdebat dengan Amerika Serikat, terkait pencabutan paten pada vaksin COVID-19, yang menimbulkan pertanyaan apakah pencabutan paten akan mendukung percepatan pasokan vaksin ke negara-negara miskin.
Kepala Uni Eropa Charles Michel mengatakan, pihaknya siap untuk membahas proposal Amerika Serikat untuk mencabut hak paten pada vaksin COVID-19, meskipun mereka menunggu lebih detail dari pihak AS.
"Kami siap untuk membahas topik ini, segera setelah proposal konkret diajukan," kata Michel, Sabtu 8 Mei.
Uni Eropa sejauh ini telah mengirimkan lebih dari 200 juta dosis ke negara-negara non-Uni Eropa, sementara AS hanya mengirim 2,7 juta ke Meksiko dalam apa yang disebutnya sebagai pinjaman.
Baca juga:
- Komisi Eropa Desak Amerika Serikat dan Produsen Mengekspor Vaksin COVID-19
- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Sebut Tidak Ada Rencana Tembak Roket China
- Presiden Joe Biden Dukung Pengabaian Hak Paten Vaksin COVID-19, WHO: Momen Monumental
- Komisi Eropa Desak Amerika Serikat dan Produsen Mengekspor Vaksin COVID-19
Terpisah, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut peran Eropa saat ini sangat diperlukan dalam perang melawan COVID-19.
"Peran Eropa di dunia saat ini lebih kritis daripada sebelumnya saat kita melawan COVID-19. Itu menunjukkan ketika kita berkolaborasi dalam tujuan bersama, kita menjadi lebih kuat bersama-sama," tulisnya di Twitter.
Untuk diketahui, Uni Eropa adalah kontributor utama COVAX, skema yang didukung WHO yang dirancang untuk memberikan dosis terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah.