Tuntut AstraZeneca di Pengadilan, Uni Eropa Pesan 1,8 Miliar Dosis Vaksin COVID-19 dari Pfizer
Vaksin Pfizer / BioNTech (Wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

Bagikan:

JAKARTA - Uni Eropa memutuskan untuk mengalihkan pasokan vaksin COVID-19 mereka, dari vaksin lansiran AstraZeneca ke vaksin lansiran Pfizer / BioNTech. 

Langkah ini dilakukan seiring dengan dimulainya proses pengadilan gugatan Uni Eropa terhadap AstraZeneca, terkait pemenuhan kesepakatan pasokan vaksin dimulai Rabu kemarin. 

Kendati belum diselesaikan dalam kontrak resmi, namun kesepakatan ini menjadi kesepakatan tunggal terbesar pengadaan vaksin COVID-19 di dunia, mencapai 1,8 miliar dosis vaksin, dengan pengiriman dijadwalkan hingga tahun 2023 mendatang. 

Pengumuman pembelian sebelumnya dilakukan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, saat berkunjung ke ke pabrik manufaktur Pfizer di Puurs, Belgia, Jumat pekan lalu. 

vaksin pfizer
Vaksin Pfizer/Biontech dan Vaksin AstraZeneca. (Kolase/VOI)

Kesepakatan itu diumumkan ketika tekanan meningkat pada negara-negara maju untuk berhenti membeli lebih banyak dosis daripada yang dibutuhkan populasi mereka untuk memastikan jumlah yang cukup untuk seluruh dunia.

Sebuah catatan tentang negosiasi yang diterbitkan oleh New York Times, berdasarkan wawancara dengan von der Leyen, CEO Pfizer Albert Bourla dan para ahli serta pejabat lainnya, melukiskan gambaran diplomasi pribadi antara Pfizer dan para pemimpin Uni Eropa

Ini terkait proses komunikai berbulan-bulan, hingga akhirnya Pfizer mendapat kepercayaan pemesanan vaksin COVID-19 jauh lebih besar, dibanding 300 juta yang disepakati Uni Eropa dengan AstraZeneca sebelumnya. 

"Banyak pemimpin dunia, mereka akan menghubungi saya, dari presiden atau perdana menteri dan raja, dan sekretaris jenderal organisasi," kata Bourla kepada New York Times, seperti dilansir CNN Kamis 29 April.

vaksin pfizer
Vaksin Pfizer / BioNTech. (Wikimedia Commons/Arne Müseler)

Sementara, Von der Leyen menggambarkan kesulitan yang dia hadapi sebagai seorang pemimpin, karena menjadi jelas pihak AstraZeneca tidak akan mencapai targetnya.

"Saya tahu peningkatan pengiriman akan dimulai dengan lambat pada awalnya, dan oleh karena itu, saya juga tahu kuartal pertama akan sulit. Tapi, saya tidak menyangka akan sekuat itu, karena kami tidak memasukkan kemungkinan bahwa AstraZeneca akan mengurangi pengiriman hingga 75 persen. Itu merupakan kemunduran yang berat," papa Von der Leyen.

Von der Leyen mengatakan bahwa kesepakatan Pfizer akan mencakup 900 juta dosis awal dengan opsi tambahan 900 juta, menurut laporan New York Times. Komisi Eropa tidak segera mengkonfirmasi detail itu ke CNN.

"(Kontrak) akan mengamankan dosis yang diperlukan untuk memberikan suntikan penguat untuk meningkatkan kekebalan kita terhadap virus. Ini akan menyediakan vaksin yang disesuaikan untuk menghindari varian yang tidak lagi merespons vaksin. Dan itu harus memungkinkan kita untuk memvaksinasi, jika perlu dan aman untuk anak-anak dan remaja. Dan itu akan mengkonsolidasikan kepemimpinan Eropa dalam teknologi mRNA," papar Von der Leyen.

Untuk diketahui, Komisi Eropa pada Senin mengumumkan gugatan terhadp AstraZeneca, atas dugaan pelanggaran kontrak pasokan vaksinnya, dalam eskalasi perselisihan selama berbulan-bulan atas penundaan pengiriman yang menghambat peluncuran tembakan di sebagian besar benua.

27 negara Uni Eropa telah memesan 300 juta dosis vaksin Covid-19 dari AstraZeneca untuk dikirimkan pada akhir Juni, dengan opsi untuk membeli tambahan 100 juta. 

Tetapi pengiriman vaksin berulang kali gagal jutaan dosis. Produsen obat Inggris-Swedia itu mengatakan akan memberikan 100 juta dosis pada akhir Juni, sepertiga dari apa yang awalnya ditetapkan dalam kontraknya dengan blok itu.

Sementara itu pengacara yang mewakili AstraZeneca, Hakim Boularbah, mengatakan, "Satu-satunya pernyataan yang dapat saya buat adalah, AstraZeneca sangat menyesalkan keputusan Komisi Eropa yang mengambil tindakan ini ke pengadilan. Mereka berharap sengketa tersebut dapat segera diselesaikan," singkatnya.