Dukung Kritikus Kremlin Alexei Navalny, Rusia Tahan 1.400 Pengunjuk Rasa
JAKARTA - Polisi Rusia menangkap lebih dari 1.400 pengunjuk rasa pada Hari Rabu 20 April waktu setempat, saat puluhan kota di Negeri Beruang Merah menggelar unjuk rasa mendukung kritikus Kremlim Alexei Navalny.
Unjuk rasa dilakukan untuk menuntut pembebasan Navalny yang dipenjara oleh Rusia, sekaligus menyerukan perawatan kesehatan yang layak terhadapnya. Kondisi kesehatan Navalny disebut menurun setelah tiga minggu mogok makan, lantaran keinginannya mendapatkan perawatan dokter terkait sakit punggung dan mari rasa di kakinya di tolak Kremlin.
OVD-Info, sebuah kelompok yang memantau protes dan penahanan, mengatakan 1.496 orang telah ditangkap, termasuk 662 di St. Petersburg dan 95 di kota Ufa, Ufa.
Para pengunjuk rasa di pusat kota Moskow meneriakkan, 'Freedom to Navalny!' dan 'Biarkan dokter masuk!'. Istri Alexei Navalny, Yulia, bergabung dalam unjuk rasa di ibu kota. Polisi Rusia mengatakan 6.000 orang melakukan protes secara ilegal di Moskow.
Lusinan van polisi dikerahkan ke pusat kota Moskow. Alun-alun tempat para aktivis ingin berkumpul ditutup dengan penghalang logam, seperti Lapangan Merah.
Sekitar 300 orang melakukan protes di Vladivostok, beberapa membawa spanduk bertuliskan 'Kebebasan bagi tahanan politik' dan 'Tidak ada perang, penindasan dan penyiksaan!'.
"Semua orang menyadari bahwa pihak berwenang saat ini tidak memiliki hal baru untuk diusulkan bagi negara. Kami membutuhkan generasi baru politisi. Saya melihat Navalny sebagai salah satunya," kata Ilya, seorang pelajar berusia 19 tahun di kota Vladivostok, melansir Reuters, Kamis 22 April.
Di tempat lain, polisi anti-huru hara menggunakan kekerasan untuk melakukan penangkapan. Di Magadan, di ujung timur Rusia, petugas memaksa seorang pria ke tanah dan menyematkan lengannya ke belakang.
Tak hanya individu, kelompok jaringan aktivis Navalny menghadapi tekanan dari Pemerintah Rusia. Jaksa penuntut negara di Moskow memulai langkah hukum pekan lalu untuk melarang kelompok pendukung Navalny, menyebutnya sebagai organisasi ekstremis.
Selain menahan para pengunjuk rasa, otoritas Rusia juga menahan juru bicara Navalny, Kira Yarmysh dan koleganya Lyubov Sobol di dekat rumah mereka masing-masing, sebelum unjuk rasa di gelar.
Yarmysh kemudian dipenjara selama 10 hari pada sidang karena menghasut orang untuk melakukan protes. Sementara, Sobol dibebaskan menjelang sidang pada Hari Kamis. Presiden Dewan Eropa Charles Michelmenyebut penangkapan mereka menyedihkan.
Baca juga:
- Pengacara Minta Kritikus Kremlin Alexei Navalny Dipindahkan ke Rumah Sakit Sipil di Moskow
- Uni Eropa: Rusia Kerahkan 150 Ribu Tentara ke Perbatasan Ukraina, Lebih Besar Dibanding Tahun 2014
- Amerika Serikat Siapkan Sanksi untuk Rusia Terkait Percobaan Pembunuhan Aktivis Alexei Navalny
- Pakar PBB Sebut Rusia Bertanggung Jawab dalam Percobaan Pembunuhan Aktivis Alexei Navalny
Terpisah, Senator Amerika Serikat Bob Menendez yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Luar Negeri Senat, mendesak Pemerintah Rusia untuk memberikan perawatan medis kepada Navalny dan menyerukan sanksi.
"Ini adalah barbarisme yang terjadi secara real time, dan kami tidak bisa diam," tandasnya.
Untuk diketahui, Polisi Rusia juga menahan hampir seribu orang pendukung Navalny, dalam unjuk rasa menolak vonis penjara terhadap Navalny pada 2 Februari lalu. Sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa pendukung Navalny juga ditahan, termasuk sang istri, saat menuntut pembebasan Navalny di akhir Januari lalu.