Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Tujuh Agen Intelijen Rusia yang Dicurigai Terkait Upaya Pembunuhan Alexei Navalny
Alexei Navalny. (Wikimedia Commons/MichaƂ Siergiejevicz)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Inggris menjatuhkan sanksi terjada tujuh agen intelijen Rusia, yang dicurigai terkait dengan kasus peracunan kritikus Kremlin, Alexei Navalny, Jumat waktu setempat.

Versi terbaru dari daftar sanksi yang dipublikasikan di situs web pemerintah termasuk tujuh nama baru dan alasan untuk pembekuan aset, seperti melansir Reuters Jumat 20 Agustus.

Dokumen tersebut mencantumkan nama Alexey Alexandrov, Vladimir Panyaev, Ivan Vladimirovich Osipov, Vladimir Mikhailovich Bogdanov, Kirill Vasilyev, Stanislav Valentinovich Makshakov dan Alexei Semenovich Sedov.

"Alexandrov adalah seorang agen dari Unit Kriminal yang hadir di Tomsk di mana Navalny diracuni," kata entri dalam daftar sanksi.

"Bukti termasuk telepon dan catatan perjalanan menunjukkan, Alexey Alexandrov adalah salah satu operator yang terlibat dalam penggunaan senjata kimia dalam percobaan pembunuhan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny selama kunjungannya Agustus 2020 ke Siberia," sebut informasi web tersebut.

Alexei Navalny, seorang kritikus Kremlin, jatuh sakit dalam penerbangan di Siberia pada Bulan Agustus tahun lalu dan diterbangkan ke Jerman, di mana dokter menyimpulkan bahwa dia telah diracuni dengan zat saraf. Kremlin membantah berperan dalam penyakitnya dan mengatakan tidak melihat bukti bahwa dia diracuni.

Setelah perawatan medisnya di Jerman, kritikus ini kembali ke Rusia pada Januari. Dia ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara karena pelanggaran pembebasan bersyarat.

Namun, PBB, Uni Eropa dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat menilai Rusia bertanggung jawab terhadap percobaan pembunuhan ini, serta menyiapkan sanksi terhadap individu Rusia yang diduga terkait.

Pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut, Rusia bertanggung jawab dalam percobaan pembunuhan aktivis sekaligus kritikus Kremlin, Alexei Navalny, serta menyerukan penyelidikan internasional atas hal ini.

Ini disampaikan oleh Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard dan pakar kebebasan pendapat dan ekspresi PBB Irene Khan dalam pernyataannya, Senin. Menurut mereka, upaya untuk membunuh Navalny adalah bagian dari pola serangan terhadap para kritikus di dalam dan luar negeri, dan dimaksudkan untuk mengirim peringatan jahat untuk membatalkan perbedaan pendapat.

"Ini adalah kesimpulan kami, Rusia bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan sewenang-wenang terhadap Tuan Navalny," kata Callamard dalam konferensi pers.

"Seperti dalam kasus lain, Tuan Navalny diracuni oleh senyawa khas, kali ini Novichok, yang tidak mungkin digunakan oleh aktor non-negara atau pemerintah lain," ungkapnya.

Sementara, mengutip The Moscow Times 21 Juni, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyebut AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia, terkait peracunan Navalny, tak lama setelah pertemuan Presiden Joe Biden dan Presiden Vladimir Putin di Jenewa, Swiss.