Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap pejabatnya terkait percobaan pembunuhan Alexei Navalny, sebagai bukti serangan anti-Rusia.

Selain itu, Rusia juga akan membalas apa yang digambarkan sebagai pukulan lain terhadap hubungan antara Amerika Serikat dengan Rusia. 

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Hari Selasa waktu setempat, Moskow akan menanggapi dengan baik sanksi baru Amerika Serikat. Sementara utusan Rusia untuk Uni Eropa juga menjanjikan tanggapan atas sanksi Uni Eropa terhadap empat pejabat senior Rusia.

"Semua ini hanyalah alasan untuk terus mencampuri urusan dalam negeri kami," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan melansir Reuters

Zakharova mengatakan, Amerika Serikat bebas memilih apakah mereka menginginkan dialog yang setara dengan Rusia atas dasar yang masuk akal, tetapi mengatakan Moskow tidak akan memperhatikan sanksi apa pun.

“Terlepas dari 'kecanduan sanksi' Amerika, kami akan terus secara konsisten dan tegas membela kepentingan nasional kami, menampik setiap agresi. Kami mendesak rekan-rekan kami untuk tidak bermain api,” tegas Zakharova.

“Kami tidak berniat untuk menerima ini. Kami akan menanggapi berdasarkan prinsip timbal balik, tetapi tidak harus secara simetris," imbuhnya.

Reaksi Kremlin ini tidak lepas dari sanksi yang dijatuhkan Presiden Joe Biden menjatuhkan sanksi terhadap 7 pejabat senior Rusia dan 14 entitas, terkait upaya untuk percobaan pembunuhan politisi oposisi Alexei Navalny dengan racun saraf tahun lalu. 

Pejabat Rusia yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat adalah Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov, Wakil Menteri Pertahanan Alexei Krivorucho dan Pavel Popov, Kepala Direktorat Kebijakan Domestik Kremlin Andrei Yarin, Wakil Kepala Staf Pertama Presiden Rusia Segei Kiriyenko, Direktur Layanan Penjara Federal Rusia Alexander Kalashnikov dan Jaksa Agung Rusia Igor Krasnov.

"Komunitas intelijen Amerika Serikat menilai dengan keyakinan tinggi, petugas Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menggunakan zat saraf untuk meracuni pemimpin oposisi Alexei Navalny," sebut Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki seperti dilansir ChannelNewsAsia.