Polisi Rusia Tahan Ribuan Pengunjuk Rasa Pendukung Alexei Navalny
Ilustrasi unjuk rasa di Rusia. (zharkoy_k/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Polisi Anti Huru-Hara Rusia kembali membubarkan protes yang dilakukan untuk mendukung pembebasan kritikus Kremlin, Alexei Navalny, Minggu waktu setempat. 

Menggunakan seragam anti huru-hara, lengkap dengan helm, tameng hingga tongkat pemukul, polisi membubarkan aksi unjuk rasa. Melakukan penguncian kemanan di pusat Kota Moskow, menutup akses pejalan kaki di dekat Kremlin dan menutup stasiun metro.

Di St. Petersburg dan Moskow, polisi menggunakan kekerasan untuk menahan pengunjuk rasa. Sedikitnya 5.021 orang ditahan secara nasional, termasuk 1.608 di Moskow, menurut OVD-Info, sebuah kelompok pemantau protes, melansir Reuters.

Massa pengunjuk rasa juga melakukan aksi menuju penjara di Moskow Utara tempat Navalny ditahan, sambil meneriakan pembebasan Navalny. Massa juga mengangkat tangan di atas kepala sambil mengatakn, 'kami bukan musuhmu', di hadapan polisi yang berjaga.

Polisi mengatakan, pengunjuk rasa dapat menghadapi tuntutan pidana karena menghadiri atau menyerukan demonstrasi tidak sah. Dan memperingatkan mereka dapat menyebarkan COVID-19.

Yulia Navalnaya, istri Alexei, termasuk di antara mereka yang ditahan. Dia kemudian dibebaskan.

"Jika kita tetap diam, maka mereka bisa datang untuk kita besok," tulisnya di Instagram sebelum bergabung dengan protes.

Unjuk rasa ini juga menjadi ujian bagi pendukung Navalny, setelah beberapa di antara mereka menjadi sasaran tindakan represif dari aparat pemerintah. Termasuk saudaranya yang bernama Oleh yang dikenakan tahanan rumah.

Navalny (44) ditangkap pada 17 Januari setelah kembali ke Moskow dari Jerman di mana dia telah pulih dari keracunan zat saraf di Rusia musim panas lalu. Dia menuduh Presiden Vladimir Putin memerintahkan pembunuhannya yang dibantah Kremlin.